Cerita pandu dalam bahasa jawa

Prabu Pandu Dewanata #ceritawayangPrabu Pandu Dewanata adalah putra Dewi Ambalika yang merupakan janda dari Raja Astinapura Prabu Wicitrawirya, sama seperti saudarinya yaitu Dewi Ambika. Sebelun wafat, Wicitrawirya belum berputra sehingga Astinapura terancam tidak memiliki raja karena Bisma telah bersumpah tidak akan menjadi raja. Akhirnya, Dewi Ambalika bisa memiliki keturunan berkat upacara suci yang dilakukakn oleh Resi Abyasa. Saat upacara berlangsung, Dewi Ambalika diminta untuk tidak menutup mata karena sebelumnya Dewi Ambika menutup mata dan melahirkan bayu yang cacat tunanetra yang kemudian diberi nama Destarata. Meski tidak menutup mata, Dewi Ambalika sangat pucat. Akibatnya bayi yang terlahir berwajah pucat. Bayi tersebut diberi nama Pandu Dewanata. Upacara suci dilakukan sekali lagi namun bukan dengan Dewi Ambika maupun Ambalika, melainkan dengan seorang dayang, kemudian melahirkan bayi bernama Widura. Pandu diangkat menjadi raja karena kakaknya tunanetra. Pandu beristri Dewi Kunthi dan Dewi Madrim.


Ayo menjadi generasi #AkuCintaWayang #AkuCintaBudayaIndonesia agar budaya kita yang adi luhung ini selalu lestari! Mau tau lebih banyak cerita tokoh wayang? Follow @ceritawayang yaa! 🙂

Tagged under: budaya, cerita wayang, indonesia, mahabarata, pandu dewanata, ramayana, seni, wayang, wayang indonesia, wayang kulit, wonderful indonesia

Tinggalkan Balasan

Cerita pandu dalam bahasa jawa

Prabu Pandu Dewanata, Ayah Pandawa. Pandu merupakan sebuah nama tokoh di dalam wiracarita Mahabharata yakni ayah dari para Pandawa. Pandu adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Kakaknya adalah Dretarasta, sedangkan adiknya adalah Widura.

Menurut Mahabharata, Dretarastra adalah pewaris takhta kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahannya di Hastinapura. Karena Dretarastra buta maka tahta diserahkan kepada Pandu, dengan dibantu Widura sebagai menteri.

Widura tidak memiliki ilmu kesaktian apapun namun mempunyai ilmu kebijaksanaan yang luar biasa terutama bidang ketatanegaraan.

Pandu mempunyai 2 orang istri, yakni Kunti dan Madri. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Pandu tidak dapat memiliki anak akibat dikutuk oleh seorang resi. Kutukan itu terjadi sesudah Pandu memanah resi tersebut tanpa sepengetahuannya, sebab pada kala itu sang resi berubah wujud menjadi kijang.

Dengan cara memohon kepada dewa maka Kedua istri Pandu bisa mengandung. Namun pada akhirnya, Pandu tewas karena kutukan yang ditimpa kepadanya. Madri menyusul suaminya dengan cara membakar diri (sati).

Dalam bahasa Sanskerta, Kata pandu berarti pucat. Dalam Mahabharata mendeskripsikan bahwa kulitnya memang pucat atau kekuningan.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengunjung visitklaten[dot]com yang sudah meluangkan waktunya untuk mengunjungi website kami. Kami menerima segala masukkan dan kritikan agar web dan diri kami menjadi lebih baik lagi.

Terdapat 2 versi cerita dari tokoh pandu ini yaitu Berdasarkan Mahabharata dan Berdasarkan Pewayangan Jawa.

1. Riwayat Berdasarkan Mahabharata

Berdasarkan Mahabharata, Wicitrawirya bukanlah ayah biologis dari Pandu. Wicitrawirya wafat tanpa mempunyai keturunan. Ambalika (ibu Pandu) diserahkan kepada Resi Byasa, yakni keturunan Satyawati (ibu suri) supaya menyelenggarakan putrotpadana agar memperoleh anak.

Karena dijanjikan suatu anugerah maka Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar. Ia juga disuruh supaya terus membuka mata agar tidak melahirkan putra yang buta (Dretarastra), sebagaimana yang sudah terjadi pada saudaranya yakni Ambika.

Oleh karena itu maka Ambalika terus membuka mata, namun ngeri sesudah melihat rupa sang resi yang luar biasa. Akibatnya, selama upacara, Ambalika berwajah pucat dikarenakan takut melihat perangai dari sang resi.

Resi Byasa pun memprediksi bahwa anak yang dilahirkan Ambalika kelak akan berkulit pucat. Seperti yang dikatakan sang resi maka putranya pun terlahir pucat.

Mahabharata menceritakan Pandu sebagai seorang pemanah yang mahir. Ia memimpin tentara Dretarastra dan memerintah kerajaan demi kakaknya. Pandu menaklukkan wilayah Dasarna, Anga, Kashi, Wanga, Magadha, Kalinga, dan lain-lain.

Pandu menikahi Kunti yakni putri Raja Kuntibhoja dari Wangsa Wresni, dan juga Madri yakni putri Raja Madra. Ketika berburu di hutan, tanpa sengaja Pandu memanah seorang resi yang bernama Kindama yang tengah bersenggama dalam wujud rusa.

Atas perbuatan tersebut maka sang resi mengutuk Pandu supaya kelak ia meninggal seketika jika bersenggama dengan wanita. Oleh karena itu, maka Pandu tidak dapat mempunyai anak dengan cara bersenggama.

Tanpa keturunan, Pandu merasa bahwa perannya sebagai raja sia-sia. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan hutan bersama kedua istrinya dan hidup seperti pertapa. Sedangkan tahta kerajaan diserahkan kepada kakaknya yakni Dretarastra.

Di dalam hutan, Kunti membuka rahasia bahwa ia mengetahui mantra untuk memanggil dewa tertentu, dan pengguna mantra berhak mendapatkan keturunan dari setiap dewa yang dipanggil.

Kelahiran Pandawa

Karena bujukan Pandu maka ia memanggil tiga Dewa, yakni Yama, Bayu, dan Indra. Masing-masing dewa menganugerahi seorang putra yaitu Yudistira, Bima, dan Arjuna.

Karena anjuran Pandu maka Kunti mengajari mantra tersebut kepada Madri. Madri pun memanggil dewa kembar yakni Aswin. Dari dewa kembar tersebut maka Madri menerima putra kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa.

Kelima putra pandu dikenal sebagai Pandawa. Berita kelahiran mereka disampaikan ke Hastinapura. Dengan demikian, Pandu mempunyai pewaris yang sah.

15 tahun sesudah ia hidup di tengah hutan dan saat Kunti dan putra-putranya berada jauh maka Pandu mencoba untuk bersenggama dengan Madri. Atas tindakan itu maka Pandu tewas sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya.

Madri pun merasa bersalah karena sudah menerima ajakan dari Pandu. Ketika upacara pembakaran jenazah, Madri menitipkan putra kembarnya supaya dirawat oleh Kunti. Kemudian, ia membakar dirinya sendiri (sati) menyusul suaminya.

2. Riwayat Berdasarkan Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan jawa, tokoh Pandu adalah putra Byasa dan Ambalika yakni janda Wicitrawirya. Bahkan, Byasa dikisahkan mewarisi tahta Astina/Hastinapura sebagai raja sementara hingga Pandu dewasa.

Pandu digambarkan berwajah tampan tetapi mempunyai cacat di bagian leher, karena ibunya memalingkan muka ketika pertama kali menjumpai Byasa.

Para dalang lantas mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam Mahabharata. Contohnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif dalam membantu perkawinan para sepupunya di Mandura.

Pandu pernah diminta para dewa untuk menumpas musuh kahyangan bernama Prabu Nagapaya, raja raksasa yang dapat menjelma menjadi seekor naga dari negeri Goabarong. Sesudah berhasil melaksanakan tugasnya maka Pandu memperoleh hadiah berupa pusaka minyak Tala.

Pandu lalu menikah dengan Kunti sesudah berhasil memenangkan sayembara di negeri Mandura. Ia bahkan memperoleh hadiah tambahan, yakni Putri Madri, sesudah berhasil mengalahkan Salya, kakak sang putri.

Di tengah jalan ia juga berhasil memperoleh satu putri lagi bernama Gandari dari negeri Plasajenar, sesudah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Putri yang terakhir ini lalu diserahkan kepada Dretarastra yakni kakak Pandu.

Pandu naik tahta di Hastina menggantikan Byasa dengan bergelar “Prabu Pandu Dewanata” atau “Prabu Gandawakstra”. Ia memerintah didampingi Gandamana yaitu pangeran Panchala sebagai patih.

Tokoh Gandamana ini kemudian disingkirkan oleh Sangkuni yaitu adik Gandari secara licik.

Dari kedua istrinya maka Pandu memperoleh 5 orang putra yang disebut Pandawa. Berbeda dengan yang dikisahkan dalam kitab Mahabharata, kelima anak pandu adalah benar-benar putra kandung Pandu dan bukan dari asil pemberian dewa.

Para dewa hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Contohnya, Batara Darma membantu kelahiran Yudistira, sedangkan Batara Bayu membantu kelahiran Bima. Kelima putra Pandu lahir di Astina, bukan di hutan seperti yang dikisahkan dalam Mahabharata.

Kematian Pandu

Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan Madri, namun karena berperang melawan Prabu Tremboko yaitu muridnya sendiri. Dikisahkan bahwa Madri mengidam ingin bertamasya naik Lembu Nandini yaitu wahana Batara Guru.

Pandu pun lantas naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat, pandu rela berumur pendek dan masuk neraka maka Batara Guru mengabulkan permohonan itu.

Pandu dan Madri akhirnya bisa bertamasya di atas punggung Lembu Nandini. Sesudah puas, mereka mengembalikan lembu tersebut kepada Batara Guru. Beberapa bulan kemudian, Madri melahirkan bayi kembar yang bernama Nakula dan Sadewa.

Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Karena adu domba dari Sangkuni maka Pandu terlibat di dalam perang melawan muridnya sendiri, yaitu seorang raja raksasa dari negeri Pringgadani yang bernama Prabu Tremboko.

Perang ini dikenal dengan nama Pamoksa. Dalam perang tersebut, Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai paha lawannya menggunakan keris yang bernama “Kyai Kalanadah”.

Akibat luka di paha tersebut maka Pandu jatuh sakit. Ia akhirnya meninggal dunia sesudah menurunkan wasiat supaya Astina untuk sementara diperintah oleh Dretarastra hingga kelak Pandawa dewasa.

Antara putra-putri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yakni Bima dengan Hidimbi, yang melahirkan Gatotkaca. Gatotkaca adalah seorang kesatria berdarah campuran, manusia dan raksasa.

Istilah pamoksa seputar kematian Pandu berbeda dengan istilah moksa dalam agama Hindu. Dalam pamoksa, raga Pandu ikut musnah ketika meninggal dunia. Jiwanya kemudian masuk neraka sesuai perjanjian.

Terima kasih telah mengunjungi website kami.

Share jika bermanfaat, jika ada kritik, pertanyaan, tambahan atau saran silakan hubungi kami atau silakan isi di kolom komentar.

NB: Jika dalam artikel ini ada yang kurang jelas atau belum paham maka silakan menanyakan ke guru bahasa jawa atau yang lebih mengetahui karena disini kami hanya sekedar berbagi saja.