Lagi saya akan berteori tentang Sales & Marketing di dunia pariwisata secara umum. Bali di tahun 2013 mengacu pada data statistik kedatangan wisatawan mancanegara yang tinggal dua (2) bulan lagi, optimis akan tercapai target tiga (3) juta. Teknik Sales & Marketing berubah dengan cepat – tetapi apakah kemampuan kita berkembang seimbang? Sebagaimana teknologi mempercepat perubahan, marketer yang mau sukses perlu menjadi lebih taktis dan skillful, lebih responsif terhadap perubahan dan tampil lebih baik di dalam different teams, different functions dan menggunakan berbagai distribution channels . Untuk berhasil sebagai Marketer masa kini, ada tiga (3) tantangan pemasaran modern dan bagaimana kita dapat berkecimpung di dalamnya .
Pemasaran berubah setiap hari . Bagaimana Bali akan menghadapi tantangan masa depan itu ? Secara traditional, pertama-tama mari kita ungkap apa saja kira-kira Motivasi juga “Push dan Pull Factor” berwisata yang bisa menaikkan citra Bali di dunia internasional bahkan di dalam negeri sendiri. MOTIVASI Sebelum seseorang melakukan perjalanan wisata, pastinya mereka digerakkan oleh motif untuk melakukan wisata. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan “trigger” dari proses perjalanan wisata. Motivasi internal yang merupakan factor pendorong dari diri seorang wisatawan, dan motivasi berikutnya adalah motivasi eksternal yang merupakan factor penarik yang berasal dari atribut-atribut sebuah destinasi. Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktor-faktor penarik (pull factor). Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific attributes. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah / negara mana yang akan dituju. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
Faktor Pendorong Berwisata (PUSH FACTOR) Kemudian PUSH FACTOR umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah mana yang akan dituju.
Dari beberapa evaluasi di atas, faktor pendorong pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan. Faktor Penarik Berwisata (PULL FACTOR) Sedangkan PULL FACTOR merupakan destination specific attributes. Berbagai faktor penarik yang seharusnya dimiliki oleh daerah tujuan wisata untuk menjadi destinasi
Faktor penarik lainnya antara lain:
Inti dari pernyataan di atas adalah, aspek penawaran harus dapat menjelaskan apa yang akan ditawarkan, atraksinya apa saja, jenis transportasi yang dapat digunakan apa saja, fasilitas apa saja yang tersedia pada sebuah destinasi, siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket wisata yang akan dibeli. SAPTA PESONA PARIWISATA INDONESIA Beberapa tahun lalu pariwisata Indonesia sempat mengalami kejayaan. Bila dibandingkan dengan masa sekarang, memang secara kuantitas jumlah wisatawan terus meningkat, namun seharusnya sudah lebih jauh dari itu. Pada program Visit Indonesia Year 1991 dahulu dikampanyekan program Sapta Pesona. Hal tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan terbukti dengan terlampuinya target kunjungan wisata. Pada program pengembangan pariwisata Bali sekarang ini agaknya saya masih kepincut dan terkesima dan “flash back” dengan rumusan program Sapta Pesona yang nampak sederhana namun pernah meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada “missing link” untuk suatu kampanye pariwisata berkesinambungan masa kini. Logo Sapta Pesona dilambangkan dengan Matahari yang bersinar sebanyak 7 buah yang terdiri atas unsur:
Sumber logo Sapta Pesona: www.budpar.go.id Uraian makna program Sapta Pesona merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam program-program pembangunan kepariwisataan sebagai sektor andalan devisa Nasional: 1. AMAN ~ Suatu kondisi lingkungan destinasi wisata yang memberi rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan wisatawan. ~ Daerah tujuan wisata dengan lingkungan yang membuat nyaman wisatawan dalam melakukan kunjungan. ~ Menolong, melindungi, menjaga, memelihara, memberi dan meminimalkan resiko buruk bagi wisatawan yang berkunjung. 2. TERTIB ~ Destinasi yang mencerminkan sikap disiplin, teratur dan profeional, sehingga memberi kenyamanan kunjungan wisatawan. ~ Ikut serta memelihara lingkungan ~ Mewujudkan Budaya Antri ~ Taat aturan/ tepat waktu ~ Teratur, rapi dan lancar 3. BERSIH ~ Layanan destinasi yang mencerminkan keadaan bersih, sehat hingga memberi rasa nyaman bagi kunjungan wisatawan ~ Berpikiran positif pangkal hidup bersih ~ Tidak asal buang sampah/ limbah ~ Menjaga kebersihan Obyek Wisata ~ Menjaga lingkungan yang bebas polusi ~ Menyiapkan makanan yang higienis ~ Berpakaian yang bersih dan rapi 4. SEJUK ~ Destinasi wisata yang sejuk dan teduh akan memberikan perasaan nyaman dan betah bagi kunjungan wisatawan. ~ Menanam pohon dan penghijauan ~ Memelihara penghijauan di lingkungan tempat tinggal terutama jalur wisata ~ Menjaga kondisi sejuk di area publik,restoran, penginapan dan sarana fasilitas wisata lain 5. INDAH ~ Destinasi wisata yang mencerminkan keadaan indah menarik yang memberi rasa kagum dan kesan mendalam wisatawan. ~ Menjaga keindahan obyek dan daya tarik wisata dalam tatanan harmonis yang alami ~ Lingkungan tempat tinggal yang teratur, tertib dan serasi dengan karakter serta istiadat lokal ~ Keindahan vegetasi dan tanaman peneduh sebagai elemen estetika lingkungan 6. RAMAH TAMAH ~ Sikap masyarakat yang mencerminkan suasana akrab, terbuka dan menerima hingga wisatawan betah atas kunjungannya ~ Jadi tuan rumah yang baik & rela membantu para wisatawan ~ Memberi informasi tentang adat istiadat secara spontan ~ Bersikap menghargai/toleran terhadap wisatawan yang datang ~ Menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus. ~ Tidak mengharapkan sesuatu atas jasa telah yang diberikan 7. KENANGAN ~ Kesan pengalaman di suatu destinasi wisata akan menyenangkan wisatawan dan membekas kenangan yang indah, hingga mendorong pasar kunjungan wisata ulang ~ Menggali dan mengangkat budaya lokal ~ Menyajikan makanan/ minuman khas yang unik, bersih dan sehat ~ Menyediakan cendera mata yang menarik Akhir kata, saya terpanggil untuk mulai menulis tentang seri pengetahuan perhotelan dan pariwisata, karena kecemasan saya pada kualitas layanan yang mulai hilang sentuhan ragamnya . Di sini, saya menyinggung pekerja perhotelan dan pariwisata Bali secara umum dan luas . Industri ini berkembang pesat di seluruh dunia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu , tampaknya mengarah ke industri kapitalis di mana pariwisata hanya menjadi komoditas bisnis tanpa memperhatikan etika bisnis yang spesifik dan pelayanan perhotelan dan pariwisata yang juga bisa disesuaikan dengan budaya lokal .
Pariwisata adalah terutama bisnis ” PELAYANAN” , di mana kepuasan tamu merupakan komoditas vital . Keberhasilan kita dan kesempatan kita untuk berpromosi akan tergantung seberapa baik kita memainkan peranan kita di team works dengan sesama karyawan dan rekan sejawat, owners dan di atas semua itu adalah dengan pelanggan dan tamu . Bali, 09 November 2013 Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Hospitality Consultant Indonesia in Bali – Telu Learning Consulting – Commercial Writer -Copywriter – Jasa Konsultan Hotel Jeffrey2020-10-01T16:49:50+08:00 |