Berapa lama program pengobatan pada pasien dengan tuberkulosis aktif

Ini alasannya mengapa pengobatan tuberkulosis (TBC) memerlukan waktu yang lebih lama dibanding penyakit infeksi lain.

Berapa lama program pengobatan pada pasien dengan tuberkulosis aktif

Klikdokter.com, Jakarta Ketika seseorang terkena penyakit tuberkulosis (TBC), ia harus menjalani pengobatan selama minimal 6 bulan, bahkan ada yang memerlukan hingga 12 bulan. Mengapa demikian? Apa yang menyebabkan pengobatan infeksi tuberkulosis membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan pengobatan penyakit-penyakit infeksi pada umumnya?

Mengenali Pengobatan TBC

TBC merupakan penyakit yang sangat menular dan biasanya menyerang paru-paru. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), TBC merupakan satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia, yang membunuh 1,7 juta orang pada 2016. TBC paling sering terjadi di negara-negara berkembang. Meski begitu, TBC sebenarnya dapat dicegah dan ditangani dengan baik.

Baca Juga

TBC dapat disembuhkan asalkan pasien meminum obat dengan teratur. Setelah terinfeksi, pasien TBC akan mendapatkan pengobatan berupa antibiotik khusus. Jenis antibiotik yang digunakan tergantung pada lokasi tuberkulosis, derajat berat/ringan penyakit, usia, jenis kasus (kasus baru, putus obat, kasus berulang, dll), dan pertimbangan khusus (riwayat alergi, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal).

Dari segi waktu, ada pasien yang mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan. Sementara dari segi fase pengobatan, umumnya dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada fase intensif, biasanya pasien akan mendapatkan jenis obat yang lebih banyak (tiga, empat, atau lima jenis obat) tergantung kasus tuberkulosis yang dihadapi. Pada fase intensif, pengobatan umumnya dilanjutkan dengan dua jenis obat saja.

Mengapa Pengobatan TBC Membutuhkan Waktu Lama?

Pengobatan TBC dengan mengunakan antibiotik khusus membutuhkan waktu lebih lama dari jenis antibiotik lainnya karena beberapa alasan:

  1. Bakteri tuberkulosis sulit dibasmi karena sebagian berada di luar sel dan sebagian berada di dalam sel.
  2. Sebagian obat-obatan tuberkulosis bekerja saat bakteri sedang aktif membelah, sementara pembelahan kuman tuberkulosis tumbuh sangat lambat.
  3. Jika hanya diobati dalam waktu singkat, masih ada kuman tuberkulosis yang tersisa dan dapat menyebabkan kekambuhan penyakit.
  4. Mencegah kekebalan (resistansi) bakteri terhadap jenis antibiotik yang digunakan, sehingga bakteri akan menjadi lebih ganas dan lebih sulit diobati.

Bagaimana Sebaiknya Jika Sudah Mengalami TBC?

Jika sudah mengalami TBC, pastikan Anda berobat dengan benar ke dokter. Dokter akan menentukan jenis dan berapa lama pengobatan yang harus dijalani sesuai dengan kondisi penyakit Anda.

Kemudian, hal yang wajib diperhatikan adalah kepatuhan minum obat. Jika diminum secara teratur dan sesuai dengan petunjuk dokter, angka keberhasilan pengobatan TBC tinggi. Akan tetapi, jika pengobatan dilakukan tidak teratur, tidak hanya sulit sembuh, kuman tuberkulosis yang mengalami resistansi justru dapat menimbulkan gejala yang lebih berat.

Setelah dinyatakan sembuh, bukan berarti pasien dapat lalai dengan kesehatannya. Kuman TBC yang masih tertinggal di dalam tubuh sewaktu-waktu dapat kambuh jika kekebalan tubuh menurun, seperti sedang sakit atau stres. Tingkatkanlah selalu daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, rutin berolahraga, dan istirahat cukup.

Penting juga bagi pasien tuberkulosis (TBC) untuk tahu bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit ini. Karena siapa pun yang berkontak langsung dengan pasien dapat ikut terjangkit. Itu sebabnya dokter menyarankan mereka yang didiagnosis TB aktif untuk tinggal di rumah dan menjauh dari orang lain sebanyak mungkin, hingga mereka tidak lagi menular.

[RS/ RVS]

Halo SobatTOSS,

Tahukah kalian tahapan pengobatan TBC? Apakah Sobat pernah mendengar atau mendapat informasi mengenai tahapan pengobatan TBC ? Jika belum, ini saat yang tepat untuk kalian mengetahuinya. Yuk mari disimak informasinya.

Pengobatan TBC bisa Sobat dapatkan di Puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Kalian juga bisa mendapatkannya di Dokter Praktik Swasta (DPS), yang tentunya sudah DOTS ya Sobat. Apa itu Admin, maksud dari DOTS ? Apakah berbeda Dokter Praktik Swasta yang sudah DOTS atau belum DOTS ? Yuk Admin jelaskan.

DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan di dunia, dengan tujuan untuk mendeteksi dan menyembuhkan penyakit TBC. Strategi ini diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah diterapkan secara luas dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama pada fasilitas kesehatan yang telah ditentukan.

Atau lebih jelasnya, DOTS adalah pengobatan TBC berstandar yang sudah ditetapkan sebagai pengobatan terbaik berjangka waktu pendek dengan pengawasan. Jadi, bukan Dokternya yang berbeda atau dibedakan, namun hanya tahapan strategi atau cara dalam pengobatannya saja yang berbeda ya Sobat.

“Jadi Admin, harus menghabiskan waktu berapa lama untuk melewati tahap demi tahap Pengobatan Penyakit TBC ini ?”

Tahapan Pengobatan TBC yaitu:

  1. Tahap Awal (Intensif) : berlangsung sejak memulai pengobatan hingga 2 bulan, dimana pasien TBC diwajibkan meminum obat setiap hari.
  2. Tahap Lanjutan : sejak bulan ke-2 hingga bulan ke-6 atau lebih. Pada tahap ini, pasien hanya diwajibkan meminum obat 3x seminggu.

Kedua tahapan di atas jika ditotal berlangsung minimal 6 bulan, bisa juga lebih bahkan sampai 12 bulan. Namun, lamanya pengobatan ini tergantung pada berat ringannya penyakit TBC yang diderita oleh pasien dan ditentukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih, Sobat. Jika diakhir tahap intensif hasil pemeriksaan dahak masih positif, maka tahap pengobatan ini akan ditambah 1 bulan.

Berapa lama program pengobatan pada pasien dengan tuberkulosis aktif

“Lalu Admin, tujuan dari pembedaan 2 tahapan tadi itu untuk apa sih ?”

Tujuan Pembedaan 2 Tahap Pengobatan TBC ialah :

  1. Tahap Awal (Intensif) bertujuan untuk mengnonaktifkan kuman/ bakteri TBC.
  2. Tahap Lanjutan bertujuan untuk mematikan kuman/ bakteri TBC.

Perlu diingat, konsultasikan lama pengobatan dan jumlah obat yang diminum kepada tenaga kesehatan. Gejala hilang pada masa pengobatan bukan berarti kuman/bakteri TBC sudah hilang ya Sobat!

Jadi, jika Sobat atau sanak saudara terkena TBC, pastikan segera mendapatkan pengobatan yang tepat ya.. Jangan ditunda-tunda. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dsb.

Akhir kata, jaga kesehatan selalu ya SobatTOSS.. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat dan semangat untuk terus berkarya.

Salam Sehat SobatTOSS…

#PengobatanTBC #TahapanPengobatanTBC #TahapAwal(Intensif) #TahapLanjutan #TOSSTBC #TemukanTBCObatiSampaiSembuh #TBC #TBIndonesia #TBCIndonesia

Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru karyanti 2022-02-10T21:54:06+07:00 2022-02-10T21:54:06+07:00

Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat meliputi tahap awal dan tahap lanjutan.[8,17]

Artikel ini akan membahas penatalaksanaan tuberkulosis pada orang dewasa. Terapi tuberkulosis untuk anak-anak dapat ditinjau di artikel tuberkulosis paru anak.

Medikamentosa Tuberkulosis Paru Aktif

Pada tahap awal (fase intensif), obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.

Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan, terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2 bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral (ARV).

Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida. Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.

Dosis OAT lini pertama untuk dewasa adalah isoniazid 5 mg/kgBB (dosis maksimal 300 mg/hari), rifampisin 10 mg/kgBB (dosis maksimal 600 mg), pirazinamid 25 mg/kgBB, dan etambutol 15 mg/kgBB. Streptomisin juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 15 mg/kgBB.[1,2,8,15,17,18]

Medikamentosa Tuberkulosis Paru yang Resisten

TB paru yang resisten obat disebabkan oleh bakteri tuberkulosis yang resisten terhadap minimal satu regimen obat lini pertama tuberkulosis. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) adalah kasus TB yang resisten terhadap >1 OAT, yang meliputi isoniazid dan rifampisin.

Extensively drug-resistant TB (XDR-TB) adalah tipe MDR-TB yang ditandai dengan resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin, fluorokuinolon apa pun, dan minimal satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikacin, kanamisin, dan lainnya).

Durasi total pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 9–11 bulan, di mana durasi tahap intensif adalah 4–6 bulan dan durasi tahap lanjutan adalah 5 bulan.

TB paru yang resisten terhadap isoniazid (dengan atau tanpa resistensi streptomisin) dapat diterapi dengan rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 6 bulan. Terapi dapat diperpanjang hingga 9 bulan bila kultur sputum tetap positif setelah 2 bulan.

TB paru yang resisten terhadap rifampisin dapat diberikan isoniazid, flurokuinolon, dan etambutol selama 12–18 bulan, yang disertai dengan pirazinamid selama 2 bulan pertama.[2,15,18]

Evaluasi Terapi Tuberkulosis Paru Aktif

Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau adanya resistensi terhadap obat lini pertama.

Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.[2,8]

Terapi Profilaksis pada Tuberkulosis Laten

WHO menyarankan terapi profilaksis pada penderita tuberkulosis laten. Regimen yang direkomendasikan adalah:

  • 6H atau 9H: isoniazid tiap hari selama 6 bulan atau 9 bulan
  • 3HP: isoniazid dengan rifapentin tiap minggu selama 3 bulan
  • 3HR: isoniazid dengan rifampisin tiap hari selama 3 bulan
  • 4R: rifampisin tiap hari selama 4 bulan
  • 1HP: isoniazid dengan rifapentin tiap hari selama 1 bulan
  • H+B6+CPT: isoniazid, vitamin B6, dan kotrimoksazol tiap hari selama 6 bulan khusus untuk orang dengan HIV/AIDS[19]

Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH

1. Adigun R, Singh R. Tuberculosis. StatPearls Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/ 2. Herchline T. Tuberculosis (TB). Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a1 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kemenkes RI. 2019 Desember. https://yankes.kemkes.go.id/unduh/fileunduhan_1610422577_801904.pdf/43 15. Suárez I, Fünger SM, Kröger S, et al. The Diagnosis and Treatment of Tuberculosis. Deutsches Aerzteblatt International. 2019 Oct 25;116(43). 17. Bansal R, Sharma D, Singh R. Tuberculosis and its treatment: an overview. Mini Reviews in Medicinal Chemistry. 2018 Jan 1;18(1):58-71. 18. CDC. Tuberculosis (TB): Treatment for TB disease. 2016. https://www.cdc.gov/tb/topic/treatment/tbdisease.htm

19. World Health Organization. WHO operational handbook on tuberculosis. Module 1: Prevention. WHO. 2020. https://www.who.int/publications/i/item/who-operational-handbook-on-tuberculosis-module-1-prevention-tuberculosis-preventive-treatment