You're Reading a Free Preview
Era Umayah juga mencatat banyak kemajuan dalam berbagai bidang REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kurun waktu 89 tahun masa pemerintahannya (661-750 M), Dinasti Umayyah telah berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga Afrika Utara dan Spanyol. Ini adalah upaya yang terhenti pada masa kepemimpinan Usman dan Ali karena ketika itu umat Islam dilanda konflik politik yang berkepanjangan. Era Umayah juga mencatat banyak kemajuan dalam berbagai bidang, seperti perekonomian, sains, seni, dan arsitektur. Perluasan wilayah kekuasaan Islam dilakukan ke timur, utara, dan barat. Setidaknya ada tiga Peninggalan pada masa pemerintahan Bani Umayyah di antaranya, Masjid Kubah Batu, Masjid Agung Umayyah, dan Istana Kusair Amra. Berikut ulasannya. Masjid Kubah Batu Masjid Qubbat as-Sakhrah atau Masjid Kubah Batu adalah bangunan yang terletak di tengahtengah kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid al-Aqsa, di Kota Yerusalem. Nama lain Qubbat as- Sakhrah (Kubah Batu) adalah Dome of the Rock. Masjid ini biasanya disebut juga dengan Masjid Umar. Pembangunan masjid ini dimulai ketika Yerusalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab. Terletak di Baitul Maqdis, Qubbat as-Sakhrah adalah seni bangunan agung Islam pertama yang didirikan antara tahun 685 M hingga 691 M oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Kerajaan Umayyah. Kubah ini dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Inilah masjid pertama yang menggunakan kubah dalam sejarah arsitektur Islam. ¦ Masjid Agung Umayyah Keberadaan Masjid Umayyah di Damaskus memperlihatkan kombinasi budaya Romawi dan Islam. Meskipun telah dilakukan beberapa perubahan pada arsitekturnya, bagian-bagian khas gereja masih tampak pada kompleks masjid ini, termasuk sumur tempat membaptis bayi-bayi Kristen. Proses pembangunan Masjid Agung Umayyah dimulai pada 87 H/705 M dan selesai pada 96 H/714 M. Biaya pembangunannya berasal dari pajak lahan pertanian (kharaj) yang dipungut pemerintahan Dinasti Umayyah. Pembangunan masjid terbesar pertama di abad ke-8 M itu melibatkan para seniman dan tukang bangunan dari berbagai negeri, seperti Persia, India, Afrika Utara, Mesir, dan Bizantium. Istana Kusair Amra Kompleks istana di Qusayr Amra ditemukan kembali pada 1898 oleh orientalis asal Ceska, Alois Musil. Istana kecil ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid I pada 712-715 M. Bangunan indah ini berdiri di samping sebuah oase di lahan semikering sekitar 80 km sebelah timur Amman, Yordania. Saat ditemukan, bangunan-bangunan utama yang masih ada ialah ruang singgasana berbentuk persegi, ruang pertemuan, serta sebuah permandian. Dinding bagian dalam ruang pertemuan dan singgasana dihiasi fresko (lukisan dinding) yang sangat indah. Hiasan indah di istana ini dilukis, diukir, dan diwarnai khas Yunani-Romawi. Ini merupakan upaya para penguasa Umayyah menyejajarkan diri mereka dengan kekaisaran sebelumnya. Masjid Agung Umayyah (bahasa Arab: جامع بني أمية الكبير) (bahasa Inggris: Great Mosque of Damascus), berlokasi di kota lama Damaskus, Suriah adalah masjid yang terbesar dan tertua di kota itu. Dan dianggap sebagai tempat suci ke empat dalam Islam.[1] Masjid ini dibangun pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik dari Bani Umayyah tahun 88-97 Hijriyah atau 706-715 Masehi, di kota Damaskus, Suriah, ibu kota Bani Umayyah pada waktu itu. Dibangun di atas runtuhan tempat peribadatan Romawi, tempat menyembah Dewa Jupiter, dengan mengadopsi tipe bangunan Masjid Nabawi di Madinah.
Lokasi di Damaskus Lama Informasi umumLetakCiri masjid ini adalah memiliki tiga menara yang merupakan usaha pembuatan menara pertama di daerah Syam (Suriah dan sekitarnya) dan empat pintu yang dihiasi dengan mosaik. Sisa-sisa mosaik itu masih ada sampai sekarang di bagian terpenting di dalam pintu Albarid, pintu barat masjid. Pada masa dahulu masjid ini menyimpan banyak kitab dan manuskrip. Setelah penaklukan Arab atas Damaskus tahun 634, masjid dibangun di tempat yang sebelumnya adalah basilika Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (atau Yahya) sejak zaman kekaisaran Romawi Konstantinus I. Masjid ini memiliki makam peninggalan suci yang diyakini sampai saat ini masih berisi kepala Yohanes Pembaptis (Yahya), yang dihormati sebagai nabi baik oleh Kristen maupun Islam. Juga terdapat berbagai penanda lokasi penting lainnya di dalam masjid dari Syi'ah, diantaranya tempat di mana kepala Husain bin Ali (cucu dari Muhammad) yang disimpan oleh Yazid bin Muawiyah. Makam Salahuddin berdiri di taman kecil di dinding utara masjid. Makam suci Yohanes Pembaptis (Yahya) di dalam masjid Lokasi di mana masjid sekarang berdiri sebelumnya adalah kuil tuhan Hadad pada era Aramaean dari akhir Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Kehadiran Aramaean terbukti dengan ditemukannya basal ortostat berbentuk sphinx yang digali di sudut timur laut masjid. Lokasi itu kemudian pernah menjadi Kuil Jupiter pada zaman Romawi, kemudian sebuah gereja Kristen yang diperuntukkan kepada Yohanes Pembaptis pada zaman Kekaisaran Romawi Timur Beberapa struktur yang ditemukan di dalam Masjid mengandung arti penting: Lokasi di mana kepala Husain bin Ali disimpan oleh Yazid bin Muawiyah Sisi Barat:
|