Bagaimana pendapat anda terkait keputusan Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC

Benny Lubiantara

Jakarta, Petrominer — Banyak orang yang menyebut keputusan Pemerintah untuk membekukan sementara keanggotaan Indonesia dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebagai kebijakan yang plin plan. Namun Benny Lubiantara punya pendapat lain.

Mantan Fiscal Policy Analyst di OPEC Secretariat (2006 – 2013) ini sudah menduga keputusan keluar dari OPEC itu akan segera diambil menyusul bergabung kembali Indonesia awal tahun 2016 lalu setelah keluar tahun 2008. Alasannya, posisi Indonesia sebagai net importir akan menjadi serba salah di OPEC.

Seperti diketahui, Indonesia tercatat sudah dua kali membekukan keanggotaan di OPEC. Pembekuan pertama pada tahun 2008, yang efektif berlaku tahun 2009. Kemudian, Indonesia memutuskan kembali aktif sebagai anggota OPEC pada awal 2016. Namun kini menyatakan keluar lagi untuk sementara dalam Sidang ke- 171 OPEC yang digelar di Wina, Austria, Rabu (30/11).

“Kondisi seperti ini sudah saya perkirakan akan terjadi setelah Pemerintah memutuskan untuk bergabung lagi dengan OPEC pada pertengahan 2015 lalu,” ujar Benny ketika dihubungi Petrominer, Jum’at pagi (2/12).

Menurutnya, sebagai anggota, Indonesia harus mematuhi keputusan dari Sidang OPEC yang diselenggarakan setiap 2-3 kali setahun. Keputusan itu bisa berupa menaikan, menurunkan atau bahkan mempertahankan tingkat produksi OPEC.

Ketika OPEC memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi, hal ini tidak akan berpengaruh kepada Indonesia. Namun ketika OPEC memutuskan untuk menaikkan atau menurunkan tingkat produksi, hal ini akan merepotkan Indonesia. Pasalnya, sebagai anggota dengan tingkat produksi rendah, Indonesia tetap akan terkena alokasi pemotongan produksi secara proporsional.

“Posisi Indonesia pun akan menjadi serba salah. Tentunya tidak mungkin bagi Indonesia pada saat ini untuk memotong produksi. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah untuk minta pengecualian untuk tidak memotong produksi karena status Indonesia sebagai net-importing country,” jelas Benny.

Meski begitu, dia menyatakan bahwa OPEC tetap akan berperan penting beberapa dekade ke depan. Menjalin hubungan baik dengan OPEC bagi negara konsumen besar sangat penting dalam rangka memperoleh jaminan pasokan minyak pada masa datang.

Karena itulah, dia menyarankan agar Indonesia dapat memelihara hubungan yang telah terbina selama ini baik dengan negara-negara anggota OPEC, bisa secara langsung maupun melalui kegiatan di Sekretariat OPEC.

“Beberapa negara seperti Thailand dan Jepang cukup pro-aktif berkunjung ke Sekretariat dalam rangka sharing experience and exchange information serta kerjasama lainnya,” ujar Benny.

Organization of Petroleum Exporting Countries atau disingkat OPEC adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh pemerintah dimana di dalamnya berisikan berbagai negara sebagai eksportir minyak.

OPEC pertama kali didirikan di Bagdad, Iraq di tahun 1960 dengan lima negara sebagai anggota pendirinya yakni Saudi Arabia, Kuwait, Venezuela, Iraq dan Iran.

Indonesia sendiri tergabung dalam OPEC di tahun 1962 namun memutuskan untuk berhenti sebagai anggota di tahun 2009 dan 2016.

Alasan Keluarnya Indonesia dari Keanggotaan OPEC

1. Adanya pemangkasan terhadap hasil produksi minyak

Dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di Wina, Austria, ada sebuah keputusan baru dimana hasil produksi minyak bumi yang dimiliki suatu negara anggota OPEC harus dilakukan pemangkasan sebesar 5%. Padahal, Indonesia sendiri mengalami penurunan hasil produksi minyak tiap tahunnya. Pemangkasan terhadap hasil produksi minyak tersebut menyebabkan harga BBM di Indonesia menjadi naik sehingga Indonesia memilih untuk keluar dari OPEC.

2. Indonesia bukan lagi negara eksportir minyak

Dahulu Indonesia tergabung dalam OPEC karena termasuk salah satu negara eksportir sumber daya alam berupa minyak yang melimpah. Dua daerah penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia adalah Pangkalan Brandan dan Riau. Akan tetapi, semakin bertambah jaman, hasil minyak bumi dari negara Indonesia semakin berkurang. Sehingga status Indonesia bukan lagi menjadi negara eksportir minyak bumi, melainkan berganti menjadi negara importir.

3. Kebutuhan minyak bumi dalam negeri semakin tinggi

Tidak bisa dipungkiri bahwa BBM menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia dalam kesehariannya. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara dengan jumlah pengguna kendaraan terbanyak di kawasan Asia. Oleh sebab itu, tingginya permintaan BBM karena jumlah pengguna kendaraan yang semakin bertambah setiap watu tidak bisa seimbang jika Indonesia masih tergabung dalam anggota OPEC.

4. Mengalami krisis ekonomi di tahun 2008

Saat status Indonesia masih merupakan anggota OPEC, Indonesia harus membayar iuran dengan jumlah USD2 juta setiap tahunnya. Angka tersebut terbilang cukup besar padahal pada tahun 2008 Indonesia sedang mengalami ancaman krisis terkait ekonomi karena muaranya ada di Amerika Serikat. Hal tersebut membuat Indonesia tidak sanggup untuk memenuhi ketentuan iuran karena hasil produksi minyak bumi di Indonesia saat itu sedang menurun.

5. Hasil produksi minyak bumi semakin surut dari waktu ke waktu

Indonesia yang dulunya mempunyai hasil produksi minyak bumi dalam jumlah besar hingga mencapai 1,6 juta barrel setiap harinya, semakin hasil produksi minyak bumi di Indonesia semakin surut, yakni di bawah 1 juta barrel setiap harinya. Karena itulah Indonesia memutuskan untuk keluar dari OPEC sehingga tidak akan memberatkan dalam hal ekonomi.

6. Sebagai upaya perbaikan struktur APBN

Indonesia keluar dari APBN pada tahun 2018 karena melihat adanya ketidaksesuaian dengan struktur APBN Indonesia di tahun 2017. Indonesia melihat ketidaksesuaian tersebut dari kebijakan baru bahwa minyak mentah yang diproduksi di luar kondensat akan dipotong sebesar 1,2 juta barrel setiap harinya. Kebijakan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kondisi APBN negara Indonesia.

7. Meningkatkan pemasukan untuk APBN

Keluar dari keanggotaan OPEC dianggap sebagai keputusan terbaik karena jika Indonesia tetap menjadi anggota OPEC sementara hasil produksi minyak harus dipotong kurang lebih 5%, maka akan sangat kurang untuk memenuhi pemasukan negara dalam APBN. Padahal, kebutuhan negara termasuk dalam meningkatkan hasil produksi minyak bumi.

Temukan lebih banyak konten terkait dengan Pendidikan atau konten menarik lain di PPPA

Lihat Foto

Shutterstock

OPEC adalah organisasi negara pengekspor minyak dunia. Organisasi OPEC didirikan atas dasar kesamaan kepentingan dalan menentukan kebijakan harga dan jumlah produksi minyak bumi di pasar internasional. mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC sampai dua kali?

KOMPAS.com - OPEC adalah singkatan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries, atau Organisasi Negara-negara Pengekskor Minyak. OPEC berdiri di Irak pada 14 September 1961.

Pendirian organisasi OPEC adalah atas dasar kesamaan memiliki sumber daya alam berupa minyak bumi. Oleh karenanya, OPEC berisikan negara-negara pengekspor minyak bumi.

Anggota OPEC memiliki kesamaan tujuan yaitu menentukan kebijakan harga dan jumlah produksi minyak bumi di pasar internasional secara kolektif.

Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC sejak 1962 di mana saat itu Indonesia memiliki surplus minyak yang cukup besar.

Baca juga: OPEC: Sejarah Pendirian, Tujuan, dan Syarat Keanggotaan

Dilansir dari buku 2020 Indonesia dalam Bencana Krisis Minyak Nasional oleh Pria Indirasardjana, pada 1965 produksi minyak Indonesia mencapai 486.000 barel per hari sedangkan konsumsinya hanya 25 persen.

Dari selisih yang sangat besar tersebut, pada masa itu Indonesia menjadi negara pengekspor minyak di pasar internasional. Bahkan angka produksi minyak terus naik dan mencapai puncaknya pada 1977 sekitar 1,6 juta barel per hari.

Saat itu hanya sebagian kecil negara yang mengekspor minyak ke negara lain. Oleh karenanya, Indonesia menjadi anggota awal yang bergabung dengan OPEC lebih dulu dari negara produsen minyak lainnya.

Negara seperti Uni Emirat Arab baru bergabung dengan OPEC tahun 1973, diikuti dengan Aljazair ada 1969, Nigeria 1971, dan Ekuador 1973.

Baca juga: Mengenal Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO dan Tujuan Berdirinya

Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Timur yang menjadi anggota OPEC. Lantas, alasan mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC adalah?

Alasan Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC

Hingga saat ini Indonesia sudah dua kali membekukan keanggotaannya dari organisasi pengekspor minyak ini, yaitu pada tahun 2008 dan 2016. Mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC sampai dua kali?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA