Bagaimana cara mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan

Jumat, 02 Oktober 2020 tntc

Yembekiri I, 5 September 2020. Kampanye zero waste dari sampah dan limbah berbahan plastik telah gencar, intens, dan masif di seluruh penjuru dunia bahkan sudah dilakukan dengan membidik anak anak usia dini. Seperti yang dilakukan di Kampung Yembekiri I, Distrik Rumberpon, Seksi Pengelolaan Taman Nasaional (SPTN) Wilayah V Rumberpon, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) misalnya, program edukasi untuk memerangi sampah plastik dilakukan terhadap anak – anak Kampung Yembekiri I. Anak – anak Kampung Yembekiri I diberi penyuluhan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah plastik kelaut.  

Semakin dini individu dibiasakan untuk menghargai lingkungan maka semakin dini pula kesadaran individu untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Namun pada faktanya, banyak individu dijaman sekarang yang sudah tidak mengindahkan akan pentingnya menjaga lingkungan, bahkan diantara mereka kesadaran untuk membuang sampah pada tempah sampah telah luntur.

Mengajarkan anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan memang bukan hal yang mudah. Perilaku tidak baik yang tidak mengindahkan kebersihan lingkungan merupakan perwujudan sikap egoisme anak, yang dipikirkan hanya kepentingan dirinya sendiri. Bisa jadi anak-anak menjadi tidak terlalu direpotkan oleh sampahnya, bisa juga mereka pikir itu cara paling praktis membuang sampah. Kadang-kadang mereka berbuat seperti itu dengan rasa tidak bersalah.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan kegiatan baik yang terlihat sepele, namun tidak semua orang terbiasa untuk melakukan. Sering kita lihat orang membuang sampah sembarangan, termasuk ketika berada disekolahan, dijalan, tempat wisata,di sungai bahkan dari dalam mobil. Padahal kita semua tahu betapa besar akibat buruk membuang sampah sembarangan mulai dari lingkungan sekitar yang kotor dan bau, sehingga timbulnya beragam penyakit serta banjir. Anak-anak bahkan orang dewasa banyak membuang sampah disembarang tempat maka kesadaran agar anak membuang sampah pada tempatnya harus di tumbuhkan sejak usia dini.

Penyuluh Kehutanan  SPTN V Rumberpon dan Anak – anak Kampung Yembekiri I juga berkesempatan untuk membersihkan dan memungut sampah plastik yang berserakan di pinggir pantai dan dibuang ketempat yang telah disediakan, dengan adanya kegiatan tersebut diharapakan kesadaran anak – anak sejak dini sudah mulai untuk menjaga dan melindungi lingkungannya agar terhindar dari pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan akibat sampah platik.

Permasalahan sampah plastik menjadi krusial dan genting sejak beberapa tahun terakhir, terlebih setelah ditemukannya sejumlah sampah plastik dalam tubuh ikan hiu paus yang mati pada 9 Februari 2019 lalu, di perairan laut Tanjung Aru, di pantai Menumbok, Kota Kinabalu, Malaysia. Kantong plastik dalam perutnya berukuran 46 cm dan 36 cm. Sementara di Filipina, seorang ahli biologi menemukan hiu paus mati di perairan laut Kota Tagum, Davao. Setelah dibedah, dalam perutnya terdapat berbagai sampah plastik. Hal ini menjadi sorotan, mengingat hiu paus masuk kedalam spesies prioritas di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Setiap individu seharusnya mempunya kewajiban untuk menjaga dan melindungi lingkungannya, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan tidak membuang sampah plastik tidak pada tempatnya. Pada Pasal 29 ayat (1) UU 18/2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa setiap orang dilarang: mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.

Sumber : Yoel Suranta Bangun, S.Pi. - Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini

Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih dapat di daur ulang menjadi barang yang bernilai. Permasalahan sampah di Indonesia merupakan permasalahan yang serius. Data yang pernah dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun. Bila menggunakan asumsi berdasarkan data itu, sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kilogram ( Fatah, 2019).

Sampah merupakan musuh bagi lingkungan karena mampu menimbulkan dan mencemari lingkungan. Lingkungan yang tercemar oleh pembuangan sampah akhirnya akan kotor, kumuh dan bau kemudian akan menimbulkan penyakit. Sampah telah mengakibatkan masalah yang begitu serius dalam pencemaran lingkungan di Indonesia. Walaupun sudah diperingati “Dilarang membuang sampah sembarangan” namun, tetap saja dilakukan dan akhirnya akan menimbulkan keadaan lingkungan tidak bersih atau kotor.

Penanaman nilai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, penumbuhan sikap dan perilaku membuang sampah pada tempatnya harus dimulai sejak dini, karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang harapannya, ketika dewasa kelak anak sudah terbiasa dan tanpa perlu diingatkan serta dengan sendirinya mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu upaya untuk menanamkan nilai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi pemilahan sampah kepada anak-anak sejak dini.

Kegiatan sosialisasi di awali dengan perkenalan dan ramah tamah kepada anak-anak (adik-adik) yang merupakan peserta kegiatan, kegiatan ramah tamah bertujuan untuk meningkatkan keakraban satu dengan yang lainnya sehingga adik-adik yang mengikuti kegiatan sosialisasi juga merasa nyaman. Kemudian pemberian materi mengenai sampah, seperti pengertian sampah, jenis –jenis sampah, bahaya yang dapat ditimbulkan sampah, bagaimana cara menangani sampah serta informasi mengenai bagaimana syarat tempat sampah yang baik dan benar juga diberikan. Adik-adik juga diajarkan untu meminimalisir penggunaan sampah, terlebih sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan nyata, salah satunya adalah dengan sebisa mungkin memegang jajan atau belanjanya sendiri, usahakan tidak menggunakan kantong plastik tambahan.

Pada umunya adik-adik sudah memahami bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya untuk menjaga kelestarian lingkungan, namun bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan oleh sampah belum sepenuhnya dipahami, seperti bagaimana sampah dapat menyebabkan penyakit, banjir bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Oleh sebab itu adik-adik yang merupakan peserta kegiatan juga diberikan leaflet dan poster yang berisi seluruh materi yang diberikan dalam kegiatan sosialisasi, sehingga setelah selesai kegiatan pun adik-adik dapat mengulang dan mengingat kembali materi tersebut.

Dalam kegiatan sosialisasi juga diberikan materi pengertian  sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), guna memberikan pengetahuan mengenai pentingnya penggolongan sampah yang bisa diurai dan tidak terurai kepada para peserta (adik-adik), tetapi adik-adik juga masih asing dengan istilah sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), selain itu adik-adik juga sulit dalam melakukan pemilahan sampah. Oleh sebab itu selain pemberian materi, dalam kegiatan sosialisasi juga diberikan game “memilah sampah” secara sederhana serta kegiatan tanya jawab berhadiah, agar adik-adik lebih semangat dan lebih mudah memahami setiap materi yang diberikan serta memahami cara pemilahan sampah secara sederhana.

Referensi

Anita, Anissa. 2017. “Sosialisasi Sampah dan Simulasi Kepada Anak-anak SD” Diakses dari http://pgsd-tasikmalaya.upi.edu/artikel_sosialisasi-sampah-dan-simulasi-kepada-anak-anak-sd-_id-295.html. Diakses pada 14 April 2020.

Fatah, Darul. 2019. “ Wow, Indonesia Produksi 64 Juta Ton Sampah Per Tahun” Diakses dari https://indopos.co.id/read/2019/07/07/180601/wow-indonesia-produksi-64-juta-ton-sampah-per-tahun/. Diakses pada 14 April 2020.

Kurnia, Nining. 2019. “Sampah Menjadi Masalah Lingkungan di Indonesia” Diakses dari https://www.kompasiana.com/niningkurnia/5cbef26595760e2b081e54a4/ sampah-menjadi-masalah-lingkungan-di-indonesia. Diakses pada 14 April 2020.

Sikhah, 2018. “Cara Ajarkan Anak Membuang Sampah”. Diakses dari https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4952. Diakses pada 14 April 2020

Oleh: Friska Gressia Sianturi, S.Hut

Calon Penyuluh Kehutanan pada BPTN III Yembekiri

Admin prokomsetda | 25 April 2016 | 551 kali

Bagaimana cara mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan

Edukasi tentang pengolahan dan pembuangan sampah kepada masyarakat sudah terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng. Sosialisasi pun terus digalakkan kepada masyarakat tentang bahaya membuang sampah sembarangan. Namun semua upaya edukasi dan sosialisasi nampaknya susah untuk merubah mindset masyarakat tentang sampah. Berangkat dari hal tersebut, Pemkab Buleleng merubah strategi dari edukasi dan sosialisasi menjadi penerapan regulasi yang memaksa serta memberikan efek jera kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST saat menghadiri Malam Puncak Gerakan Peduli Sampah Jilid III yang diselenggarakan oleh Manik Bumi Foundation di Gedung Sasana Budaya, Minggu (24/4) kemarin.

Menurut Bupati yang akrab disapa PAS ini, dulu pemerintah terus mengedukasi masyarakat agar merubah mindset nya. Pemerintah juga rutin mengadakan sosialisasi. Nampaknya edukasi dan sosialisasi sangat sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat. Oleh karena itu, Pemkab Buleleng menerapkan regulasi agar masyarakat merubah kebiasaan atau mindset mereka. “Kita rubah strateginya. Dari edukasi dan sosialisasi menjadi penerapan regulasi seperti  perda sampah untuk memberikan efek jera. Mudah-mudahan upaya penerapan perda sampah ini berhasil merubah mindset masyarakat,” ungkapnya.

Bupati murah senyum ini menambahkan ada progress yang cukup signifikan mengenai kebersihan di Buleleng. Tekanan sampah masih di Tukad Buleleng dan Pasar Anyar. Diakui tekanan di dua tempat tersebut masih tinggi. Ke depannya, akan diatur model bagaimana mengurangi tekanan sampah ini. “Memang Pasar Anyar sudah overload. Tahun depan kita bangun Pasar Banyuasri. Sebagian akan kita relokasi ke Pasar Banyuasri,” imbuhnya.  

Sementara itu, Gerakan Peduli Sampah Jilid III ini merupakan prakarsa dari Manik Bumi Foundation. Gerakan Peduli Sampah ini diawali dengan pembersihan di Tukad Buleleng yang melintasi Kampung Singaraja. Setelah itu diadakan Lomba Menggambar Antar SD. Sebagai penutup diadakan pertunjukan seni yang dihadiri Bupati PAS, Ketua DPRD Kabupaten Buleleng, Gede Supriatna, SH, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Ir. Nyoman Sutrisna, MM, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Drs. Gede Komang, M.Si, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng, Ir. Nyoman Genep, MT serta Kepala Satpol PP Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, SH.,M.Si

Menurut Dewan Pendiri Manik Bumi Foundation, Luh Gede Juli Wirahmini, sebenarnya impian besar dari gerakan ini adalah menuju Buleleng Bebas Sampah. Gerakan ini mengambil proyek percontohan di Tukad Buleleng. Di bantaran Tukad Buleleng tersebut ada Sembilan kelurahan. “Namun kita masih fokus di Kampung Singaraja untuk mewujudkan tata kelola sampah secara mandiri. Diharapkan masyarakat di sana tidak membuang sampah ke sungai tetapi mengelola sampah secara swadaya, berkelanjutan, dan sistematis,” pungkasnya.