Bagaimana cara kita berprasangka baik menurut Islam jelaskan

Jakarta -

Sikap ini yang membuat Rasulullah saw sehat. Dalam psikologi modern sikap tersebut dikenal dengan istilah positive thinking. Hal ini telah dipraktekan jauh sebelum adanya ilmu kejiwaan. Berprasangka baik pada Allah merupakan pengakuan seorang hamba pada Sang Pencipta bahwa apa saja yang sudah menjadi ketetapan Allah adalah baik bagi dirinya.

"Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari" ( Riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi ).

Hadits ini menjelaskan bagaimana Islam sangat memotivasi manusia optimis dan sebisa mungkin menjauhi sikap prasangka (kurang baik) pada Allah. Sikap optimis pada Allah akan menimbulkan semangat berprilalu lebih baik dan menambah amalI badah. Ajaran Islam melarang bersikap pesimis atas dosa yang telah diperbuat sehingga merasa bersalah yang berlebihan, ini bisa memunculkan prasangka buruk pada Allah. Jika seseorang pada kondisi tersebut, maka akan sulit bekerja keras, mudah rapuh dan tidak percaya diri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berpikir positif merupakan cara berpikir yang dihargai dalam ajaran Islam, dengan demikian manusia akan terbebas dari beban hidup dan problem traumatik yang pernah dialaminya. Adapun salah satu indikator seseorang berprasangka baik pada Allah adalah sikap tawakkal. Berserah diri pada Sang Pencipta menjadikan dia tenang, tidak ada kekhawatiran karena percaya bahwa Allah akan memberinya kehidupan yang terbaik bagi dirinya.

Dalam surah al-Hujurat ayat 12 Allah SWT berfirman, yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. 'Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah telah perintahkan untuk menjauhi prasangka (kecurigaan) pada orang lain, karena kebanyakan prasangka bersifat destruktif dan membawa dosa. Kebencian dan permusuhan tentu tidak akan menghasilkan kebaikan, oleh karena itu sikap tersebut harus dijauhi dan dilawan.

Kondisi psikologis (suasana hati) seseorang akan mempengaruhi kesehatannya karena otak menghasilkan hormon. Jika sedang bahagia, otak akan menghadilkan zat endorfin yang sangat berguna bagi tubuh. Jika sedang benci, marah, cemas dan suntuk, maka otak menghadilkan zat cortisol, dopamin dan adrenalin yang bisa mengganggu keseimbangan sistem tubuh.

Dalam kontestasi Pilkada yang baru saja selesei (sebagai evaluasi) dilaksanakan pada tgl 9 Desember 2020 lalu, di mana saat kampanye secara digital dan konvensional seperti agenda debat, jarang ditemukan para calon yang bersikap positive thinking terhadap lawan politiknya. Justru sikap saling menyerang dan menihilkan yang sering kita jumpai, di sini zat-zat cortisol, dopamine dan adrenalin merajalela, sehingga para kontestan pilkada terlihat lelah, karena imun tubuh telah menurun. Juga para pelaksana pilkada yang dikejar target waktu, sehingga mereka bekerja dengan penuh tekanan.

Kondisi imun tubuh menurun, ini akan memudahkan terinfeksi oleh virus. Maka berprasangka baik pada Allah, merupakan bentuk keimanan paripurna. Dan prasangka baik pada manusia merupakan kemuliaan akhlak seseorang.

Semoga kita senantiasa bisa menjaga prasangka baik pada Allah dan manusia. Dengan begitu Allah akan melindungi kita kapan dan di manapun.

Aunur Rofiq

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )

Sekjen DPP PPP 2014-2016

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--

(erd/erd)

Bagaimana cara kita berprasangka baik menurut Islam jelaskan

4 Sikap Berbaik Sangka Kepada Allah, Keutamaannya Rezeki Tidak Akan Putus. Ilustrasi salat, sholat, ibadah. [Shutterstock]

Berikut ini adalah macam-macam bentuk berbaik sangka atau huznudzon kepada Allah SWT.

Suara.com - Sikap huznudzon atau berbaik sangka merupakan tindakan yang terpuji yang harus dimiliki oleh semua umat Muslim. Berbaik sangka memiliki sikap dan cara pandang umat Muslim yang selalu melihat dan memahami hal secara positif.

Perlu diketahui husnudzon berasal dari kata “husnu” yang berarti baik, sementara itu “az-zan” berarti prasangka dalam bahasa Arab.

Dikala kita sedang mengalami musibah maupun ujian, sesungguhnya Allah SWT sedang menguji umatnya dan menaikkan derajatnya.

Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Allah berfirman sebagai berikut:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan." (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban)."

Baca Juga: Doa Cepat Hafal Alquran, Salah Satu Keutamaannya Disematkan 'Mahkota' di Hari Kiamat

Dengan berbaik sangka kepada Allah SWT, kita sebagai umat Muslim akan mendapatkan hikmah serta rezeki yang tidak akan terputus.

Bagaimana cara kita berprasangka baik menurut Islam jelaskan
4 Sikap Berbaik Sangka Kepada Allah, Keutamaannya Rezeki Tidak Akan Putus. Ilustrasi berdoa bersama. (Antara)

Berikut ini adalah macam-macam bentuk berbaik sangka atau huznudzon kepada Allah SWT.

  1. Berbaik sangka dalam nikmat Allah SWT
    Berbaik sangka terhadap segala nikmat dan karunia dari Allah SWT tentu akan membuat kita lebih bersyukur. Nikmat yang diberikan Allah SWT seperti nikmat sehat, harta, keluarga, dan masih banyak lainnya.
  2. Berbaik sangka dalam musibah dari Allah SWT
    Musibah yang kita alami merupakan ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Jika musibah datang, kita perlu bersabar, menerima dan selalu berprasangka baik kepada Allah SWT.
  3. Berbaik sangka atas ciptaan Allah SWT
    Allah SWT menciptakan segala bentuk makhluk tentu memiliki tujuan yang bermanfaat. Tidak ada hal yang sia-sia yang Allah SWT ciptakan. Kita harus berprasangka baik kepada Allah SWT dengan senantiasa merawat lingkungan dan bersyukur atas apa yang diciptakan-Nya.
  4. Berbaik sangka dalam ketaatan kepada Allah SWT
    Bentuk berbaik sangka kepada Allah SWT adalah dengan taat atas segala perintah-Nya. Tentu benyak hikmah yang kita dapatkan ketika kita mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Itulah sikap berbaik sangka kepada Allah SWT yang harus kita teladani dan harus tertanam dalam diri hari kita. Pada intinya, kita selalu mendapatkan hikmah dari segala cobaan dari Allah SWT.

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

Baca Juga: 5 Doa Agar Keluarga Bahagia Sesuai Ajaran Islam dan Definisinya

tirto.id - Husnudzon adalah perilaku terpuji yang wajib dimiliki oleh seseorang dan kata ini termasuk salah satu yang sering digunakan oleh umat Islam.

Arti Husnudzon


Dikutip dari modul pelajaran kelas X Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), husnudzon atau prasangka baik berasal dari kata Arab yaitu husnu yang artinya baik, dan zan yang artinya prasangka.

Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah husnudzon. Secara istilah, husnudzon adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.



Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (suudzon), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Allah SWT berfirman: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ‌ۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا‌ ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
Yaaa ayyuhal ladziina aamanuj tanibuu kasiiram minazh zhanni inna ba'dazh zhanniismunw wa laa tajassasuu wa la yaghtab ba'dhukum ba'dhaa; ay yuhibbu ahadukum ay yaakula lahma akhiihi maitan fakarih tumuuh; wattaqul laahaa; innal laaha tawwaabur Rahiim Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12).

Macam-Macam Husnudzon


Dalam ilmu akhlak, husnudzon dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Husnudzon kepada Allah Swt, yakni dengan cara berprasangka baik dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.

2. Husnudzon kepada diri sendiri, dengan cara percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri.

3. Husnudzon kepada orang lain, dengan cara semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan.

Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan dihindari.

Sikap husnudzon akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah, sedangkan keburukan yang menimpa manusia disebabkan dosa dan kemaksiatannya.

Tidak seorang pun bisa lari dari takdir yang telah ditetapkan Allah. Tidak ada yang terjadi di alam semesta ini melainkan apa yang Dia kehendaki dan Allah SWT tidak meridhai kekufuran untuk hamba-Nya, Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memilih dan berikhtiar. Segala perbuatannya terjadi atas pilihan dan kemampuannya yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.

Seorang muslim wajib bersopan santun terhadap saudara, karib-kerabatnya dan kepada orang-orang yang ada hubungan silaturahmi, seperti bersopan santun terhadap kedua orang tuanya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya, jadi hilangkanlah perasaan suudzon.


Hikmah Husnudzon


Hikmah selalu ber-husnudzon antara lain: 1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah SWT. 2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dan mengikuti hukum sebab akibat yang berlaku sesuai ketetapan Allah SWT. 3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak dan memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang kepada makhluk-Nya. 4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT sebagai zat yang menciptakan dan mengatur kehidupan manusia.

5. Sikap husnudzon mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah.

Selain itu, membiasakan perilaku husnudzon akan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menimbulkan sifat-sifat yang baik dalam diri, di antaranya:

1. Memberikan semangat kepada orang lain yang hendak melakukan kebaikan; 2. Bersabar dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT; 3. Memeriksa kebenaran berita yang didengar; 4. Memercayai kemampuan yang dimiliki; 5. Selalu bersikap ramah kepada teman; 6. Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Manfaat Husnudzon

Selalu husnudzon memiliki banyak manfaat, yaitu:

  1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah;
  2. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya;
  3. Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal;
  4. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah SWT;
  5. Menjadi seorang yang Al–afwu (pemaaf);
  6. Selalu bersikap Ar–rahmah (kasih sayang); dan
  7. Suka At–ta’awwun (tolong menolong).