Aspek aspek yang harus diperhatikan ketika memerankan tokoh dalam drama adalah

paket-wisatabromo.com- Unsur-unsur pementasan drama : 4 aspek yang harus diperhatikan merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2.

Berdasarkan Kurikulum 2013, materi Unsur-unsur pementasan drama : 4 aspek yang harus diperhatikan ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.

Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan peserta didik di suatu bidang.

Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.

Dari sisi pengetahuan bahasa, materi Unsur-unsur pementasan drama : 4 aspek yang harus diperhatikan ini tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.

Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan tulis yang didengar atau dibaca.

Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo, kita pahami unsur-unsur pementasan drama!”

Peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.

Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.

Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibahas mengenai unsur-unsur pementasan drama : 4 aspek yang harus diperhatikan . Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.

Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai
kelebihandibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yangmengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.

Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama.

Haryawan (2006:2 ) mengatakan bahwa kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya.

Berdasarkan kenyataan ini, memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya.

Hasanuddin (2000:7) menyatakan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.

Moulton (2006: 2) berpendapat bahwa drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.

Unsur-Unsur Pementasa Drama

Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon (naskah atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung

pertunjukan), dan penonton.

1. Lakon

Lakon adalah suatu jenis naskah cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis, yang terutama lebih ditujukan untuk dipentaskan daripada dibaca

Unsur lakon memegang peranan penting karena pemain tanpa lakon jelas tidak dapat membuat drama.

Drama adalah bentuk karya sastra yang tersusun dari unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun sebuah drama dan berada di dalam drama itu sendiri, seperti tokoh, dialog, alur, latar, dan sebagainya.

Adapun unsur instrik adalah unsur faktor yang berada di luar drama, tetapi berkaitan dengan cerita drama tersebut.

Unsur yang dimaksud, antara lain, adalah sosial budaya, politik, dan hankam.

2. Pemain

Pemain adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Sebutan lain dari pemain drama adalah pemeran.

Pemeran sering disebut sebagai aktor (pria) atau aktris (wanita) adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film.

Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.

Istilah pemeran sering dirancukan dengan artis. Kata artis sebenarnya di dalam bahasa Inggris mengacu kepada seniman.

Hal ini disebabkan kemiripan bunyi dengan actress, pemeran perempuan.

3. Tempat Pertunjukkan

Tempat pertunjukkan adalah setiap lokasi yang digunakan untuk pementasan atau pertunjukan drama.

4. Penonton

Pengertian penonton adalah penikmat atau orang menikmati pementasan drama semata hanya untuk mecari hiburan. kemudian, penonton semacam ini disebut sebagai penonton awam.

Sedangkan lainya adalah penonton kritis, menonton drama untuk keperluan kritik dan apresiasi.

Penonton kritis dapat menilai baik buruknya pementasan dari segi pemeranan, artistik, dan penyutradaraan

Berikut diuraikan unsur-unsur drama menurut Kosasih (2003:242) yang meliputi penokohan, dialog, alur, dan latar.
1. Tokoh

Tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Pemain drama sering juga disebut dengan pemeran.

Pemeran sering disebut sebagai aktor (pria) atau aktris (wanita) adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam suatu aksi panggung, acara televisi, atau film.

Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh sungguhan.

Istilah pemeran sering dirancukan dengan artis. Kata artis sebenarnya di dalam bahasa Inggris mengacu kepada seniman.

Hal ini disebabkan kemiripan bunyi dengan actress, pemeran perempuan.

Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita, tokoh bisa dibedakan menjadi tiga.

a. Tokoh Protagonis

Yaitu yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau
dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.

b. Tokoh Antagonis

Yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang menentang cerita.

c. Tokoh Tritagonis

Yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.

Watak seorang tokoh dalam drama dapat dilihat dari ucapan-ucapannya.

Seorang tokoh dapat diketahui usia, latar belakang social, moral, suasana kejiwaan, agama yang dianut, dan bahkan aliran politik dan ideologinya.

Selain itu, watak seorang tokoh dapat dilihat pula dari gerak dan tingkah lakunya, cara berpakaiannya, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.

2. Dialog

Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.

a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya.

Seharusnya, dialog dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu.

Selain itu, dialog harus mencerminkan apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung.

Selain itu, dialog harus pula dapat mengungkapakan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.

b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari.

Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja. Para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.

3. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian.

Jenis-jenis alur adalah sebagai berikut.

a. Alur maju, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling awal sama peristiwa terakhir.

b. Alur mundur, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik ke peristiwa yang paling awal.

c. Alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita.

Sebuah cerita drama bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir.

Dalam drama bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement).

a. Eksposisi

Suatu cerita menentukan aksi dalam watak dan tempat. Eksposisi memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita.

Eksposisi juga mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.

b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik.

Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya.

Dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan itu untuk menanggulangi rintangan-rintangn ini.

Pengarang dapat mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.

c. Resolusi atau denouement

Hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi.

Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).

Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh.

Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada
sesuai tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

Dalam drama konflik dapat ditemukan melalui dialog-dialog para
tokohnya.

Dengan memahami maksud dan tindak tutur dari tokoh-tokohnya itulah kita dapat mengetahui bentuk dan intensitas konflik yang terdapat dalam adegan demi adegannya.

Berbagai bentuk konflik akan kita temukan dalam drama. Demikian pula dengan intensitasnya, yang umumnya diawali oleh intensitas konflik yang lembut yang kemudian semakin mengeras dan pada ujungnya diakhiri oleh sebuah penyelesaian konflik.

Bentuk dan intensitas konflik diatur dengan maksud supaya
menimbulkan kepenasaran bagi pembaca atau penontonnya.

Konfliklah yang menggerakkan alur sebuah drama. Dalam rangkaian konflik itu pula tersimpan amanat atau pesan pengarang.

Amanat tersebut tersimpan secara tersirat dalam seluruh rangkaian konflik ataupun dalam dialog-dialog para tokohnya.

Amanat tersebut ada yang berupa harapan, pesan, ataupun
kritik.Untuk menemukan amanat-amanat tersebut kita perlu memahami drama itu secara tuntas.

Namun demikian, hal itu bukan berarti tertutup kemungkinan bagi kemunculannya dalam per adegannya. Amanat-amanat kecil dapat saja kita temukan dalam sebuah adegan dialog.

4. Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.

a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama

b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama

c. Latar budaya, yaitu penggambaran budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda.

Baca:

Demikianlah pembahasan mengenai unsur-unsur pementasan drama. Semoga bermanfaat.