Apakah yang terjadi jika minum paracetamol 2 tablet sekaligus?

Paracetamol juga dianjurkan dikonsumsi untuk pereda nyeri.

Rabu , 22 Sep 2021, 17:11 WIB

Wikimedia

Paracetamol juga dianjurkan dikonsumsi untuk pereda nyeri.

Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis bedah saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, dr M Dwikoryanto, SpBS, FINPS, menganjurkan mereka yang memiliki keluhan rasa nyeri untuk meminum paracetamol mengingat obat ini relatif aman untuk dikonsumsi pada pengobatan mandiri. Paracetamol dikenal sebagai golongan obat analgesik (pereda nyeri) untuk meredakan rasa nyeri ringan hingga sedang akibat sakit kepala, sakit gigi, menstruasi, sakit punggung, hingga terkilir, selain juga untuk menurunkan demam.

Baca Juga

"Saya anjurkan untuk dikonsumsi relatif agak bebas di rumah adalah paracetamol. Obat ini saja yang memiliki rentang keamanan yang cukup bagus baik untuk anak maupun dewasa," ujar dia dalam acara Brain Awareness Week Indonesia 2021 bertema "Otak dan Kehidupan Kita" yang digelar daring, Rabu (22/9).

Paracetamol yang juga bisa bermanfaat sebagai penurun demam, juga bisa diminum pasien COVID-19 untuk mengurangi rasa tidak nyamannya. Orang dewasa dapat mengonsumsi satu hingga dua tablet dengan maksimal 4 dosis paracetamol sehingga total menjadi delapan tablet 500 mg dalam 24 jam dan sebaiknya tunggu setidaknya 4 jam antara dosisnya, menurut Layanan Kesehatan Masyarakat di Britania Raya (NHS).

Kemudian, tidak disarankan mengonsumsi paracetamol bersamaan dengan obat lain yang juga mengandung paracetamol untuk menghindari risiko overdosis. Oleh karena itu, sebelum minum obat lain, periksa label untuk melihat apakah obat itu mengandung paracetamol.

"Dosisnya walau relatif aman juga jangan berlebihan," kata Dwikoryanto yang tergabung dalam Surabaya Neuroscience Institute (SNeI) itu.

Overdosis paracetamol dapat menyebabkan efek samping yang serius sehingga pengonsumsi disarankan tak tergoda untuk meningkatkan dosis atau mengambil dosis ganda jika rasa sakit sangat parah. Meskipun kebanyakan orang dapat mengonsumsi paracetamol dengan aman, namun, beberapa orang perlu lebih berhati-hati dengan obat ini antara lain bila pernah memiliki riwayat reaksi alergi terhadap paracetamol, mengalami masalah hati atau ginjal, meminum obat epilepsi, obat tuberkulosis (TB) dan pengencer darah.

Dwikoryanto menuturkan, konsumsi obat pereda nyeri selain paracetamol sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter untuk memastikan penyebab nyeri sekaligus jenis obat yang tepat.

sumber : Antara

Oleh Fitri Syarifah pada 23 Jul 2015, 15:00 WIB

Diperbarui 23 Jul 2015, 15:00 WIB

Perbesar

Seorang remaja perempuan, Georgia Littlewood (17) meninggal dunia akibat overdosis parasetamol.

Liputan6.com-London Seorang remaja perempuan, Georgia Littlewood (17) meninggal dunia akibat overdosis parasetamol. Dia mengalami kerusakan organ hati hingga kondisinya memburuk.

Mengutip laman Dailymail, Kamis (23/7/2015), remaja yang bekerja di salon ini sepertinya menelan tiga tablet parasetamol sekaligus untuk menghilangkan rasa sakit perutnya. Namun yang terjadi dia justru muntah-muntah dan mulai mengalami kerusakan organ.

Menurut dokter yang menanganinya di Rumah Sakit St. James, kondisi Littlewood tidak bisa diselamatkan bahkan dengan transplantasi hati.

Ibunya, Joanne Littlewood mengatakan, puterinya sedang magang di sebuah salon. Dia sempat mengeluh sakit kepala setelah berjam-jam dan hanya bisa duduk di depan komputer.

"Saya sempat memberikannya kapsul ibuprofen untuk membantu (meredakan) sakit kepalanya. Tapi malamnya, saya mendapat kabar, dia sudah ada di rumah sakit," katanya.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan, kerusakan hati terjadi karena Littlewood keracunan parasetamol. "Parasetamol adalah obat yang tersedia di toko namun bisa sangat berbahaya. Ada dosis tertentu yang membuatnya berbahaya. Untuk itu Anda harus membaca dan minum obat sesuai anjuran pada kemasan."

  • Fitri SyarifahAuthor
  • Dyah Puspita WisnuwardaniEditor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi obat-obatan

KOMPAS.com - Penelitian mengindikasikan, jutaan orang di dunia mungkin berada pada risiko kelebihan dosis parasetamol. Penggunaan yang tidak sesuai anjuran dari obat-obat pereda sakit paling populer ini bukan hanya akan menimbulkan risiko overdosis, melainkan juga kerusakan pada organ hati.

Kajian para ahlii dari Northwestern University di Chicago AS menyatakan, hampir 25 persen orang dewasa keliru dalam mengonsumsi parasetamol. Banyak di antara pasien meminum obat ini melebihi dosis yang direkomendasikan dalam kurun waktu 24 jam.

Para pengguna kebanyakan menghiraukan instruksi dosis atau tata cara penggunaan, terutama kaum lanjut usia yang kerap lupa berapa tablet yang sudah mereka konsumsi. Ada pula pasien yang tidak menyadari kalau mereka sedang dalam perawatan menggunakan obat lain yang mengandung acetaminophen, bahan aktif  Parasetamol.

Rekomendasi dokter untuk dosis maksimal parasetamol adalah delapan tablet 500 mg dalam sehari. Maksimal hanya dua tablet saja untuk sekali minum dalam setiap empat jam. Bila melebihi batas yang ditentukan, salah satu konsekuensinya adalah overdosis yang menyebabkan kerusakan liver dan penumpukan cairan di otak yang berisiko fatal.

Dalam riset yang dimuat Journal of General Internal Medicine edisi online tersebut, Dr Michael Wolf melakukan kajian mengenai prevalensi penyalahgunaan acetaminophen dan kemungkinan overdosis. Wolf mewawancarai lebih dari 500 pasien dewasa yang berobat ke klinik di sejumlah kota di AS antara September 2009 hingga Maret 2011.

Para peneliti menguji sejauhmana pemahaman pasien mengenai dosis dan kemampuan mengonsumsi obat acetaminophen secara tepat. Hasilnya ternyata cukup mengejutkan. Lebih dari seperempat pasien berada dalam risiko overdosis karena mengonsumsi obat pereda sakit melebihi batas maksimal 4 gram dalam 24 jam. Selain itu, ada 5 persen pasien yang membuat kesalahan fatal karena menenggak obat lebih dari 6 gram dalam 24 jam. Sedangkan hampir 50 persen pasien berisiko overdosis karena melakukan "double-dipping" atau menenggak dua jenis obat yang mengandung acetaminophen.

"Temuan kami mengindikasikan banyak konsumen yang tidak mengenal atau membedakan bahan aktif dalam obat pereda sakit yang dijual bebas, mereka juga tidak menyimak dengan cermat instruksi pada label kemasan obat," ujar Wolf.

"Dengan adanya prevalensi, risiko signifikan dari efek buruk, dan minimnya pemahaman, seorang dokter seharusnya memberi panduan  dalam pengambilan keputusan dan menganjurkan pasien tentang penggunaan obat yang tepat," tambahnya.
     

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA