Jakarta - Autoimun adalah penyakit di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang jaringan tubuh orang itu sendiri. Meskipun harus melalui ratusan obat-obatan dan terapi terlebih dahulu, banyak orang yang berhasil menekan penyakit tersebut dengan lumayan cepat. Bagaimana caranya?
Prof Harry Isbagio, SpPD-KR, saat ditemui detikHealth di acara 'Inilah Wajah Autoimun' di Grand Indonesia Fountain Atrium, Jakarta, baru-baru ini, menjelaskan bahwa setiap orang yang memiliki autoimun punya tingkatan yang berbeda-beda.
"Lupus ada yang ringan, hanya sendi atau kulit yang kena tapi ga kena ke organ lain, tapi ada yang berat. Tentunya yang ringan lebih cepet remisi dari yang berat," kata pakar rheumatologi yang akrab disapa Prof Harry ini.
Baca juga: Ingin Lepas dari Obat Meski Punya Penyakit Autoimun? Bisa, Begini Caranya
Tapi tenang saja, keduanya masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan remisi dari penyakit tersebut. Prof harry pun membagikan nasihat yang sama. Tips pertama, menurut dokter yang berpraktek di Thamrin Hospital Salemba ini adalah jangan melakukan pengobatan sesuai kemauan sendiri. Anda harus berobat teratur ke dokter yang memang terbiasa mengobati penyakit autoimun.
Penyakit autoimun memang tidak pernah benar-benar bisa sembuh. Namun dengan penanganan tertentu, penyakit tersebut bisa mengalami remisi atau ditekan sehingga tidak menyebabkan masalah bagi kesehatan.
Selain itu, ia juga menambahkan agar tidak terbujuk rayuan iklan seperti suplemen atau pengobatan herbal yang bisa menyembuhkan. "Banyak kasus sebenarnya mau remisi tapi karena bujukan 'makan ini itu nanti sembuh' ternyata setelah berenti makan obat akhirnya muncul lagi penyakitnya," tambahnya.
Selanjutnya, Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengingatkan untuk selalu menghindari makanan yang ditambahkan dengan bumbu instan. Sebab, pencetus autoimun adalah berbagai zat kimia, karena itu hindari pengunaan zat kimia di dalam makanan.
Terakhir dengan memiliki jiwa dan raga yang selalu sehat. "Jangan banyak berpikir, percaya bahwa penyakit bisa dikontrol pengobatan modern dan bisa dicover BPJS," katanya. Di samping itu, pastikan ketika bekerja penyintas autoimun juga harus menyesuaikan aktivitas. Pria yang ternyata juga penyintas arthritis rheumatoid ini menganjurkan untuk tidur mininal 8 jam per harinya.
Baca juga: Catat! Ini 5 Dasar Hidup Sehat untuk Kendalikan Penyakit Autoimun (up/up)
Merdeka.com - Penyakit autoimun di Indonesia diduga diderita oleh jutaan bahkan puluhan juta orang walau belum ada jumlah pastinya. Walau penyakit ini tidak bisa disembuhkan, namun dapat dicegah persebarannya.
Mantan penderita autoimun, Marisza Cordoba mengatakan bahaya penyakit tersebut sama dengan kanker. Namun penyakit autoimun yang termasuk mematikan itu bisa dikendalikan dan dicegah.
"Jika kanker itu adalah disebabkan mutanisasi sel yang merusak tubuh maka autoimun merusak tubuh dari sel imunitas tubuh itu sendiri. Jadi ada masalah dari filterisasi antibodi tubuh, antibodi ini menyerang benda asing masuk ke tubuh tapi tidak bisa membedakan mana yang membahayakan dan mana yang tidak," kata Marizsa.
2 dari 6 halaman
Penyebab penyakit Autoimun
Penyebab penyakit autoimun ini menurut Marisza disebabkan salah satunya terlalu banyak mengonsumsi makanan berbahan dasar terigu. Sehingga gluten yang terkandung dalam terigu ini merusak cara kerja sistem imunitas yang ada di usus dan lambung.
"Selain terigu yang? membahayakan ada bahan lain yang bisa menyebabkan autoimun ini, diantaranya adalah pewarna makanan, penyedap rasa, pemanis buatan, dan lainnya," kata dia.
3 dari 6 halaman
Mencegah Persebarannya
Meski autoimun ini tidak bisa disembuhkan tetapi kata Marisza penyebarannya bisa dicegah, caranya adalah dengan hidup sehat. Contohnya mengonsumsi kunyit atau sayur-sayuran yang baik untuk tubuh.
"Saya ini penderita autoimun sejak berusia 4 tahun. Hampir selama 25 tahun saya bolak-balik dokter, tetapi akhir-akhir ini saya tidak lagi mengonsumsi obat dan ke dokter karena hidup sehat," ujarnya.
4 dari 6 halaman
Berharap Adanya Organisasi Masyarakat
Marisza berharap ada kepedulian khusus dari pemerintah pusat dengan mendata para penderita autoimun. Sebab, hingga kini data penderita autoimun baru hanya dilakukan oleh komunitas dan organisasi masyarakat.
"Penderita di Amerika Serikat berjumlah 50 juta orang namun di Indonesia yang terdata positif terkena penyakit ini baru 5000 orang," kata Marisza yang juga sebagai founder dari Marisza Cordoba Foundation.
5 dari 6 halaman
Diharap Dukungan Pemerintah
Di tempat yang sama, Co founder dan Direktur Firda Athira Foundation, Firda Athira Azis mengatakan, pihaknya berupaya mendorong pemerintah agar lebih memerhatikan penderita autoimun. Salah satunya dengan menanggung biaya pemeriksaan awal ditanggung oleh BPJS.
"Pandangan saya terhadap pemerintah, penderitanya saja di Indonesia belum dapat didata. Minimal BPJS bisa mengcover biaya untuk tes awal, karena untuk periksa biayanya mahal, bisa sampai Rp1,9 juta untuk sekali periksa," kata Firda.
6 dari 6 halaman
Penderita Autoimun Lebih Sensitif
Salah seorang penderita, Maya Lestari, 29, harus menjaga emosinya dengan baik agar penyakit autoimunnya tidak kambuh. Menurut dia, penderita autoimun cenderung lebih sensitif.
"Terakhir sehabis Idul Fitri 2018 lalu saya sempat koma selama 4 hari karena kecapekan, saya kena penyakit ini sejak 2008 dan menyerang sendi, ginjal dan kulit otak. Kalau sekarang saya lagi galau maka saya melakukan zikir untuk meminimalisir emosi saya, karena kita penderita autoimun ini agak baperan," ucap Maya.
Reporter: Arya Prakasa
Sumber: Liputan6.com [RWP]
Baca juga:
Terjadinya Penyakit Jantung
Bawaan pada Anak Bisa Dideteksi Sejak Kehamilan
Konsumsi Cabai Di Atas Batas Bisa Buat Seseorang Lebih Rentan Demensia
Kebiasaan Konsumsi Kafein Bisa Buat Gejala Kecemasan Seseorang Semakin
Buruk
Memahami Apa Itu Hipotermia dan Bagaimana Cara yang Tepat untuk Mengatasinya
Amankah Sering Menggunakan Hand Sanitizer untuk Membersihkan
Tangan?
Ini Hal yang bakal Terjadi pada Tubuh Usai Kamu Mengonsumsi Hamburger