Martir Kristen adalah istilah yang dikenakan pada orang Kristen yang menderita dan mati karena mempertahankan kepercayaan mereka kepada Kristus. Banyak dari para martir ini dihukum mati dengan cara yang kejam pada masa pemerintahan Kekaisaran Romawi sebelum masa pemerintahan Kaisar Konstantinus, dimana Rakyat Roma masih menganut budaya Paganisme. Mereka dihukum dengan banyak cara seperti hukuman gantung, dibakar, disalib, dan diterkam oleh kerumunan singa yang ganas. Beberapa martir terkenal yang dihukum mati karena mempertahankan imannya adalah Santo Petrus, Uskup agung Smyrna Polycarpus, Yakobus, saudara Yesus Kristus yang adalah Kepala Gereja Yerusalem, dan masih banyak lagi.[1] Kata martir berasal dari bahasa Yunani, martus, yang berarti: saksi.[1] [2] Untuk memperingati kemartiran orang-orang suci, orang Kristen, terutama umat Kristen Katolik, membuat perayaan dan peringatan dan menamai Gereja mereka dengan nama-nama para Santo dan Santa[3] Yesus Kristus adalah martir pertama dalam tradisi Kristen.[4] Stefanus adalah martir Kristen (= pengikut Kristus) pertama yang dicatat dalam Perjanjian Baru. Judith Perkins menulis banyak orang Kristen mula-mula percaya bahwa "menjadi seorang Kristen adalah untuk menderita."[5] Doktrin para rasul Kristus membuat Gereja mula-mula bertentangan dengan Sanhedrin. Dalam Kisah Para Rasul, penulis Injil Lukas menulis bagaimana gereja mula-mula "mulai memisahkan dari ikatan Yudaisme awal."[6] Stefanus dituduh sesat dan menyatakan Sanhedrin sebagai orang-orang "tegar tengkuk" yang sebagaimana leluhur merek telah menganiaya para nabi.[7] D. A. Carson dan Douglas J. Moo menulis bahwa Stefanus mati dirajam batu setelah ia "dikenai tuduhan palsu melawan Bait Suci dan Hukum Taurat." [6][8] Dalam banyak tradisi Kristen, Antipas dari Pergamum secara luas dianggap sebagai martir Antipas yang ditulis dalam Wahyu 2:13. Rasul Yohanes secara tradisional diyakini telah menahbiskan Antipas sebagai uskup Pergamum ketika Domitian menjadi Kaisar Romawi. Menurut tradisi, Antipas mati sebagai martir dengan dibakar hidup-hidup dalam suatu dapur pembakaran hukuman sekitar tahun 92 M karena mengusir setan yang disembah para penduduk setempat.
Wahyu kepada Yohanes menyebut Yesus sebagaimana Antipas sebagai "saksi yang setia" (o martys o pistos)[9][10][4] Kehidupan para martir menjadi sumber inspirasi bagi sejumlah orang Kristen. Berbagai crypts dan kapel dalam katakombe kota Roma menjadi saksi penghormatan awal para pemenang kebebasan kesadaran tersebut. Kebaktian pengenangan khusus juga diadakan untuk menghormati mereka.[11]
إن هذالقران يهدي للتي هي أقوم ويبشر المؤمنين الذين يعملون الصلحت ان لهم اجراگبیران 1. Artikanlah Qur'an Surah Al Isra': 9 di atas ! huruf Hijaiyah adalah... perintah baik dari orang tua harus... hukum adat pada masa sekarang ini apakah masih dapat di peetahankan Beri Contoh mahkiyi jumal? alasan kalian mempercayai bahwa Allah Swt adalah tuhan umat islam Aku belum tidur dari semalem, tidur setelah subuh apa dilarang? Berapa umur bumi dalam Al-Qur'an??? Buatlah tanggal, waktu dan kegiatan Dalam ibadah haji urut dari awal sampai selesai sebutkan 2 macam tantangan tauhid saat ini dalam membentuk pribadi muslim sejati!
Kisah-kisah di bawah ini adalah kisah mengenai orang-orang yang menganggap bahwa Tuhan Yesus begitu berharga buat dirinya sehingga mati demi Tuhan Yesus pun mereka rela. Belajar dari Para MartirBacaan Alkitab: Matius 24: 8 - 13Bab• Polikarpus Polikarpus adalah murid Yohanes (murid Tuhan Yesus) yang melayani di kota Smirna (sekarang Izmir, Turki) sebagai seorang uskup. Dia hidup di zaman kaisar Romawi Marcus Aurelius Antonius (162-180 M). Walaupun Marcus Aurelius dikenal sebagai kaisar yang baik, tetapi sejarah mencatat bahwa di masa pemerintahannya terjadi penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Pada zaman itu banyak orang Kristen yang dibunuh oleh pemerintah Romawi karena menolak untuk menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi. Orang-orang Kristen yang memilih untuk menyembah Tuhan Yesus akhirnya dikejar-kejar dan dianiaya secara kejam karena mereka dianggap sebagai orang-orang kair. Dan salah satu korban dari penganiayaan tersebut adalah Polikarpus. Polikarpus adalah uskup yang disegani dan dihormati pada saat itu. Oleh sebab itu, banyak dari temannya yang meminta dia bersembunyi, agar kematiannya tidak mempengaruhi iman gereja. Pada akhirnya Polikarpus pun ditangkap. Ada kejadian menarik ketika Polikarpus ditangkap. Dia tidak memberontak atau melawan melainkan menyambut para prajurit bak tamu yang agung, menjamu mereka dengan makanan dan meminta diri agar diizinkan berdoa terlebih dahulu. Perlakuan Polikarpus kepada prajurit Romawi tersebut membuat mereka miminta maaf kepadanya karena mereka harus menangkapnya. Bahkan sang kepala prajurit sempat mengatakan “Apa salahnya menyebut Tuhan Kaisar dan mempersembahkan bakaran kemenyan?” Maksudnya, agar Polikapus diselamatkan dari penganiayaan. Setelah Polikarpus ditangkap dan diserahkan kepada gubernur Romawi beberapa kali dia ditantang agar meninggalkan imannya. “Celalah Kristus dan aku akan melepaskanmu!” “Hormatilah usiamu, Pak Tua,” seru gubernur Romawi itu. “Bersumpahlah demi berkat Kaisar. Ubahlah pendirianmu serta berserulah, “Enyahkan orang-orang kair!” “Angkatlah sumpah dan saya akan membebaskanmu. Hujatlah Kristus!” Polikarpus bisa saja pada saat itu menyangkal Kristus tetapi dia tidak mau melakukannya. Dia berkata “Delapan puluh enam tahun saya telah mengabdi dan melayani Kristus; Dia tidak pernah berbuat salah dan menyakitiku. Bagaimana mungkin saya mengkhianati Raja yang telah menyelamatkan saya?” Akhirnya, Polikarpus pun dibakar hidup-hidup di tengah pasar. Dia tewas sebagai seorang martir bagi Kristus pada usia 87 tahun. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43• John WyclifeJohn Wyclife, lahir di sebuah desa kecil di Yorkshire Inggris tahun 1325 dan menempuh studi teologinya di Universitas Oxford. Dia melayani dan berjuang demi Kristus, tetapi ironisnya dia ditolak dan dianiaya oleh gereja dan bukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Kristus. John Wyclife berjuang melawan pengajaran-pengajaran yang salah dalam gereja. Dia melihat begitu banyak orang yang sedang mengalami kebutaan rohani. Mereka melakukan berbagai upacara keagamaan tetapi tidak memiliki hubungan dengan Kristus. Bagi Wyclife hal ini disebabkan karena banyak orang Kristen yang tidak dapat memahami Alkitab secara langsung. Pada saat itu semua Alkitab memakai bahasa Latin yang hanya dapat digunakan oleh para imam. Sedangkan banyak orang Kristen di Inggris tidak memahami bahasa Latin sehingga mereka hanya mendapatkan pengajaran dari para imam yang justru mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan Alkitab. Perjuangan Wyclife dilakukan dengan cara menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, karena baginya setiap orang harus diberi keleluasaan membaca Alkitab dalam bahasanya sendiri. Kemudian diapun mengajarkan doktrin-doktrin yang sesuai dengan pengajaran Alkitab. Apa yang John Wyclife lakukan ternyata tidak disukai oleh gereja. Pihak gereja meminta Wyclife untuk tidak mengajarkan doktrin-doktrinnya. Kedudukannya sebagai pengajar di Oxford dicopot. Bahkan Wyclife sempat diasingkan oleh gereja. Tetapi semuanya tidak meruntuhkan semangat Wyclife. Dia tetap teguh untuk menyatakan kebenaran irman Tuhan sampai pada akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1384 dalam usia 56 tahun. Tiga puluh satu tahun setelah Wyclife meninggal dunia, gereja mengadakan rapat yang disebut sebagai konsili Constance dan memutuskan bahwa John Wyclife adalah seorang yang sesat sehingga jenazahnya harus dilemparkan jauh dari gereja. Melalui keputusan konsili tersebut maka jenasah Wyclife diangkat dari kubur, dibakar dan abunya dibuang ke sungai Rhine. • William Tyndale William Tyndale lahir pada tahun 1494 di dekat perbatasan Wales, Inggris. Tyndale adalah orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki kemampuan berbahasa asing selain bahasa Inggris seperti Ibrani, Yunani, Jerman, Latin, dan Spanyol. Dia pernah bersekolah di Oxford dan Cambridge. Dengan kepintarannya tersebut, Tyndale akhirnya menyerahkan hidupnya untuk mempelajari Alkitab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Ia dicatat sebagai orang pertama yang menerjemahkan Alkitab dari bahasa aslinya (Ibrani dan Yunani) ke dalam bahasa Inggris. Alasan William Tyndale menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris adalah karena keyakinannya bahwa kebobrokan gereja terjadi karena irman Allah tidak diajarkan secara benar kepada rakyat. Alkitab di “sembunyikan” sehingga rakyat tidak dapat membacanya. Akibatnya, banyak ajaran-ajaran yang salah diterima oleh rakyat. Gereja pada saat itu tidak menyukai apa yang dilakukan oleh William Tyndale sehingga terjemahannya dianggap sebagai terjemahan yang salah dan menyesatkan. Di sisi lain, terjemahan Tyndale membawa kebangunan rohani bagi rakyat. Bagi beberapa imam Alkitab tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa umum karena akan membuat rakyat tersesat. Padahal, tujuan mereka adalah supaya rakyat tidak mengenal kebenaran sehingga hati mereka dapat dimanipulasi dengan doktrin yang salah yang berujung pada kepuasan, ambisi dan ketamakan para iman. Bila rakyat tidak mengenal kebenaran maka para imam dan kaisar dapat dihormati melebihi Kristus. Gereja mulai bergerak untuk membatasi pengaruh William Tyndale dan terjemahannya. Tyndale ditangkap dan dipenjarakan di puri Vilvorde, Brussel, atas perintah Raja Henry VIII pada tahun 1535. Penjara tidak membuat semangat dan imam Tyndale runtuh. Dia berkhotbah di dalam penjara kepada sipir penjara dan orang-orang disana. Dan membuat mereka bertobat. Pada tanggal 6 Oktober 1536, keputusan hukuman mati dijatuhkan kepada William Tyndale. Dia dihukum gantung dan dibakar di kota Vilvorde. Di tengah penghukumannya tersebut Tyndale berseru “Tuhan, buka mata raja Inggris!”. Ironis memang, William Tyndale dihukum mati oleh gereja karena melakukan pekerjaan Tuhan. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 45• John BunyanJohn Bunyan lahir pada tanggal 30 November 1628 di Harrowden-Elstow, Inggris. Dia adalah seorang sastrawan jenius. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Pilgrim’s Progress (Perjalanan Seorang Musair) yang diterbitkan pada tahun 1678. Di masa mudanya, Bunyan adalah seorang pemabuk dan sering melakukan pelanggaran seksual. Diapun mengaku sering mengutuk, menyumpah, berbohong dan menghujat Tuhan, sampai akhirnya dia sendiri bertobat dan dipakai Tuhan untuk berkhotbah di desa-desa sekitar Bedford. Pada tahun 1660, di saat Raja Charless II memerintah Inggris terjadilah penganiayaan terhadap orang-orang Kristen non-konformis (orang-orang Kristen yang tidak sepaham dengan gereja Inggris). Salah seorang yang ditangkap adalah John Bunyan. John Bunyan dipenjarakan di Bedford selama 12 tahun. Kondisi penjara yang buruk tidak membuat semangat dan iman John Bunyan runtuh. Dia tetap berkarya lewat tulisan-tulisannya. Sampai pada tahun 1672, Raja Charles II membatalkan semua hukuman dan Bunyan dibebaskan. Dia terus berkarya sampai pada akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 31 Agustus 1688 di London. Apa yang membuat para martir mau berkorban demi imannya kepada Tuhan Yesus? Bagi mereka, sosok dan pengajaran Yesus begitu berharga sehingga harus dipertahankan dalam hidup ini. Mengapa Tuhan Yesus sangat berharga? Bukan hanya Yesus adalah Tuhan tetapi juga sumber kehidupan. Bagi mereka hidup tanpa Yesus jauh lebih menyedihkan dibandingkan dengan hidup tanpa harta sekalipun. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi para martir, tetapi mereka tetap bertahan dengan keyakinan akan kebenaran. Tentu saja itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, sebaliknya sangat sulit. Namun dengan begitu kita dapat memahami bahwa anugerah keselamatan yang kita peroleh dari Kristus sangat berharga sehingga harus dipertahankan. Anugerah itu sangat mahal harganya sehingga penderitaan pun tidak dapat mengambilnya dari tangan kita. Pada abad modern, tepatnya pada masa Nazi berkuasa di Jerman dan wilayah Eropa seorang pendeta di sebuah gereja Jerman bernama Dietrich Bonhoefer menolak kebijakan Hitler (pemimpin Nazi) untuk melenyapkan orang-orang Yahudi atau memperbudak mereka. Pada waktu itu gereja di Jerman terpecah dua. Ada gereja yang mendukung Hitler yang disebut Gereja Negara karena mereka percaya pada propaganda Hitler bahwa orang-orang Yahudi pantas dipersalahkan atas kematian Yesus. Ada gereja yang menolak kebijakan Hitler yang disebut Gereja yang Mengaku. Bonhoefer adalah pendeta Gereja yang Mengaku. Baginya, menolak kebijakan Hitler sekalipun diancam akan dihukum adalah caranya mempertahankan anugerah keselamatan yang mahal harganya tersebut. Anugerah itu tidak bisa dipakai untuk tunduk kepada penguasa yang berbuat jahat, tidak adil, dan menindas. Memang, pada akhirnya Bonhoefer ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Hitler. Namun, ia berhasil memberi teladan kepada umat Kristen di Jerman untuk tidak tunduk kepada ketidakbenaran. Ia mengajarkan umat untuk menyuarakan kebenaran meskipun harus menghadapi kesulitan dan bahkan kematian. |