Apa yang dimaksud dengan mata pencaharian Tapak Lapan?

Tapak Lapan

Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencarian yang terdiri 8 tapak atau titik mata pencarian atau delapan sumber pendapatan, sbb.:

a] Berladang [pertanian]. Berladang atau bersawah untuk pemenuhan keperluan bahan makanan pokok. Jenis pekerjaan ini dapat saja ditransformasikan dengan bersagu yang masih dikekalkan oleh sebagian orang Melayu misalnya dalam masyarakat rawa atau pesisir. Ada pula jenis pekerjaan menanam ubi atau berkebun jagung atau sayur-sayuran.

b] Beternak [peternakan]. Jenis pekerjaan ini dapat ditransformasikan dengan pekerjaan berburu yang sama tujuannya untuk urusan pemenuhan sumber protein daging.

c] Menangkap ikan [perikanan]. Manakala keperluan protein daging orang Melayu sudah terpenuhi dengan melakukan perburuan di darat, mereka mencari ikan dengan berbagai aneka ragam alat tangkap pekarangan, seperti jaring, sundang, pengilau, jala, sero atau kolobuik, lukah, kelulung, tajur atau jantang, rawai, guntang, kail, kacau tangguk, tengkalak, tempuling atau serampang, langgai, belat, jermal, bubu, kelong, dll. Alat-alat tangkap ikan ini disesuaikan dengan musim kemarau atau banjir atau musim tengkujuh, waktu, atau alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis ikan.

d] Beniro [menetek enau dan kelapa] atau industri pengolahan hasil pertanian [agroindustri]. Pekerjaan ini dapat juga wujud dari pengolahan hasil meramu dari dalam hutan atau dari dalam kebun.

e] Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut [perhutanan], misalnya; berotan, berkayu, berdamar, berkemenyan, bergaharu, dan pelbagai jenis pekerjaan lainnya yang bersumber dari hutan. Dari dalam hutan bisa juga diperoleh sumber protein daging melalui berburu atau di lautan untuk ikan.

f] Berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan [perkebunan]. Jenis pekerjaan ini, mendukung jenis pekerjaan lainnya, seperti berkebun kelapa, berkebun kopi, kebun cengkeh, berkebun merica, berkebun durian, dan lain-lain.

g] Bertukang, jenis pekerjaan ini lebih pada aktifitas menjual jasa tenaga, keahlian, atau kemahiran kerja. Sebagian orang Melayu yang sudah mahir atau pandai bertukang [profesional] dapat menghasilkan pemenuhan hidup keluarga mereka dari pekerjaan itu.

h] Berniaga [perdagangan], berniaga cukup khas pada aspek ‘jual belinya’, kadang dilakukan sepekan sekali, seperti yang dinisbatkan dengan istilah pekan untuk menunjukkan rentang waktu tujuh hari. Bidang pekerjaan ini dapat dilakukan di pelabuhan atau pelantar atau pangkalan atau di tepian mandi, manakala orang berlalu lalang di sungai. Bidang berniaga ini adakalanya dilakukan dengan tukar menukar barang [barter] sesama penduduk.

SUSURI JUGA:  Ritual Pengobatan Dikei

Pelaksanaan bidang-bidang pencarian Tapak Lapan di atas bagi orang Melayu tidak dilaksanakan dengan ketat, tetapi disesuaikan dengan keperluan mereka. Sebagian kecil pula bidang pekerjaan yang tidak tertampung pada bidang pekerjaan di atas menghasilkan jasa kerajinan, dalam arti menjual tenaga [profesi], maka menjual kemampuan fikiran dan magi seperti menjadi dukun, ahli syarak, guru tasawuf [guru agama], ahli nujum [ahli membintang], pawang, baun, mengajar mengaji, menjadi guru silat, mualim kapal [pemandu arah] dll.

Lapan tapak mata pencarian atau sumber pendapatan di atas merupakan aktivitas orang Melayu yang lebih panjang lagi, dapat dilakukan pada bilangan masa satu musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Ketika saat musim kemarau belangsung cukup lama, dan tetumbuhan teberau di sepanjang sungai sudah mulai berbunga, begitu pula dengan buah-buahan seperti durian, mempelam, mangga, macang, pauh atau tepah, tayas, kuini, limos, longung, kemang, binjai mulai berbunga, pertanda memulai untuk bersawah atau berladang.  

Biasanya apabila pagi mereka berladang [pertanian], sorenya mereka selingi dengan menangkap ikan [perikanan]. Adakalanya juga sebelum mereka menangkap ikan, seperti merawang atau mengecal [menangkap ikan dengan tangan]. Ini pekerjaan yang berdekatan waktunya pada musim kemarau. Biasanya pada musim kemarau yang panjang, kebun karet bercukur atau mengurak, yakni daunnya gugur salah satu strategi pohon karet mempertahankan hidup. Saat keadaan seperti itu getahnya berkurang. Lazimnya para petani karet mengistirahatkan pohon karet untuk ditakik hingga pohon karet tersebut berdaun.

Selain itu, sebagian orang Melayu mencari hasil hutan, misalnya mencari rotan sebagai bahan anyaman dan kegiatan lainnya seperti beniro [agroindustri]. Jika mereka selesai bersawah-ladang mereka beranjak pula mengerjakan kebun mereka [perkebunan]. Di akhir pekan, hasil-hasil baik pertanian maupun perkebunan dan agroindustri mereka jual ke masyarakat lainnya [perdagangan]. Pekerjaan bertukang menjadi kegiatan perantara dari masing-masing bidang pekerjaan tersebut.

SUSURI JUGA:  Pakaian Batin Pemimpin

Dalam pelaksanaan, ada kalanya tidak dilakukan sekaligus beberapa pekerjaan tersebut. Melainkan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi. Ini merupakan taktik atau cara jangka pendek masyarakat Melayu dalam menggunakan sumber daya alamnya, maupun berhubungan dengan peristiwa atau keadaan ekonomi sesaat. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut berarti mereka harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang alam dan lingkungan hidupnya, serta kiat atau teknik menghasilkan sesuatu yang berguna secara ekonomis dari sumber dan lingkungannya. Sebab dengan pola itu, orang Melayu bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dengan hutan tanah. 

Tujuan tapak lapandan peresukdi atas, selain untuk keragaman sumber pendapatan juga sekaligus taktik menghadapi kegagalan atau krisis akibat hanya bergantung pada satu sumber pendapatan saja. Untuk antisipasi pada saat krisis dan jaminan keberlangsungan hidup keluarga dan perekonomian masyarakat. 

Pemahaman lainnya tentang tapak lapan adalah orang Melayu menetapkan satu pokok sumber pendapatan dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan. Orang Melayu misalnya menjadikan memotong karet sebagai sumber pendapatan utama dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan dari mencari ikan, menganyam, kegiatan mengolah hasil kebun [agroindustri]. 

Berbilang abad lamanya pola ekonomi “tapak lapan” atau peresuk, adalah usaha menghindari dari krisis ekonomi. Berdasarkan pola seperti itu dapat kita sanding dan bandingkan dengan ekonomi monokultur saat ini yang hanya mengandalkan sawit atau karet saja. Jika suatu jenis pekerjaan dibatasi oleh musim maka masyarakat tidak akan dapat bekerja. Dalam sejarah ekonomi dunia, depresi ekonomi pernah terjadi pada tahun 1928. Saat itu, harga komoditas turun, maka petani seperti dipaksa melakukan peningkatan produksi supaya kebutuhannya terpenuhi. 

Rujukan: Tim LAMR. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau [LAMR].

Beranda / Budaya Melayu Riau / Budaya Melayu Riau – Bab 12

Sistem mata pencarian masyarakat Melayu terlihat dari aktivitas mereka yang menggunakan dan memanfaatkan alam saujana di sekitarnya. Masyarakat Melayu pada umumnya menghuni di tepi empat sungai besar di Riau dan cabang-cabangnya.

Sungai-sungai yang dimaksud itu ialah sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Kuantan atau Sungai Inderagiri. Masing-masing negeri Melayu memiliki daerah kampung, dusun, sawah ladang yang disebut dengan wilayah pertanian, kebun seperti wilayah perkebunan atau dusun, rimba kepungan sialang, hutan produksi, dan rimba larangan.

Selengkapnya :

bmr Budaya Melayu Riau muatan lokal bmr muatan lokal budaya melayu riau mulok mulok BMR mulok budaya melayu riau 2018-07-24

Penggawa

Tags bmr Budaya Melayu Riau muatan lokal bmr muatan lokal budaya melayu riau mulok mulok BMR mulok budaya melayu riau

BAB IV ADAT DAN ADAB MELAYU RIAU 4.1.1 Takrif Adat Masyarakat Melayu Riau Adat adalah ...

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Daerah Riau yang terbentang dari kaki bukit barisan di sebelah barat terus ke gugusan pulau kepulauan di sebelah timur, merupakan alam yang memberikan banyak kemungkinan.

Antara lain adalah tingkat kesuburan tanah yang memadai, aliran aliran sungai yang banyak serta perairan daerah ini yang cukup luas. Hal-hal tersebut menimbulkan pola mata pencaharian seperti pertanian dan perikanan di Riau.

Saat ini Riau Online akan mebahas mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau, simak ulasannya berikut ini.

Pertanian di Riau menghasilkan tanaman-tanaman tua seperti karet, kayu manis, cengkeh, pala dan lain-lain. Pertanian dalam bentuk kebun karet sudah lama berkembang di daerah Riau.

Pemerintahan jajahan Belanda telah berhasil menjadikan daerah ini menjadi sumber karet alam untuk perdagangan dunia di masa lalu. Tetapi kebun karet yang telah membudaya pada masyarakat ini pada zaman Jepang dan kemerdekaan di mana stabilitas harga tidak terjamin menyebabkan berkembang pula pertanian untuk bahan makanan. \

Oleh karena itu sistem pertanian bahan makanan di Riau yang merupakan tambahan dari perkebunan karet tidak begitu maju namun dengan adanya pembukaan tanah-tanah baru melalui proyek-proyek transmigrasi terjadi pula pengembangan pertanian bahan makanan.

Latar belakang sosial budaya penduduk yang tersebar di daerah Riau dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

Penduduk dengan latar belakang sosial budaya Melayu dan suku suku lainnya

Masyarakat melayu mempunyai persekutuan hukum kemasyarakatan tersendiri bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Dalam hal ini daerah dibagi berdasarkan tata administrasi kepemerintahan dan sendi-sendi hukum adat yang terdapat di daerah daerah maupun dalam masyarakatnya.

Pembagian organisasi kemasyarakatan terdiri dari daerah datuk-datuk, dan daerah batin. Kelompok penduduk dengan latar belakang sosial budaya menurut pola adat Minangkabau dapat dijumpai hampir di seluruh daerah yang berbatasan dengan daerah Sumatera barat. Sepanjang aliran sungai-sungai besar di provinsi Riau, sampai daerah-daerah tertentu dimana terjadi pertemuan dengan kebudayaan melayu yang datang dari sebelah timur.


Penduduk dengan latar belakang sosial budaya Minangkabau

Pada masyarakat ini berlaku pola sosial budaya menurut adat Minangkabau, walaupun di sana-sini telah terjadi penyesuaian seperlunya.

Dengan demikian daerah dengan latar belakang adat Minangkabau akan memakai sistem matrilineal dalam sistem kekerabatannya, sedangkan daerah dengan latar belakang adat Melayu menganut sistem kekerabatan bilateral. Selain daripada itu suku-suku adat yang terdapat pada kelompok masyarakat yang berlatar belakang adat Minangkabau, ditemukan pula pada sebagian masyarakat yang beradat Melayu walaupun dalam pengertian yang berbeda.

Dalam masyarakat dengan latar belakang sosial budaya menurut pola adat Minangkabau dikenal adanya suku-suku adat seperti bilang Chaniago Melayu domun dan sebagainya.

Di sebagian daerah yang beradat Melayu seperti daerah kerajaan Siak Sri Indrapura, dikenal adanya suku-suku tanah datar, Lima puluh kota dan sebagainya.

Tetapi pengertiannya berbeda dengan yang terdapat di daerah yang menganut adat Minangkabau. Apabila di daerah yang beradat Melayu dijumpai pemimpin negeri dengan pangkat dan sebutan Datuk maka di daerah yang berada di Minangkabau juga ditemukan pemimpin masyarakat yang bergelar Datuk akan tetapi pengertiannya pun lain dengan yang terdapat dalam masyarakat melayu.

Sekian informasi mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.


Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA