Apa yang anda ketahui tentang jenis teater lenong?

BAB II KESENIAN TEATER LENONG DENES DAN LENONG PREMAN II.1 Pemahaman Lenong dalam Seni Betawi Pada zaman dahulu lenong diperuntukkan untuk stratifikasi sosial tertentu, yaitu raja dan bangsawan sehingga penyajiannya pun hanya berkutat pada lingkaran kaum tersebut sehingga timbul ungkapan kaya raja lenong untuk menunjukkan orang yang bergaya feodal. Dalam perkembangan lenong itu sendiri terdapat beberapa macam jenis lenong sesuai dengan tema dan realitas yang mau diangkat, di antaranya adalah: Lenong Denes dan Lenong Preman. (Yuliadi Koes, 2000, h.34). Hampir semua wilayah Jakarta ada perkumpulan atau grup Lenong. Bahkan banyak pula perkumpulan lenong di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi. Pertunjukan lenong biasanya untuk memeriahkan pesta. Dahulu Lenong sering menunjukan aksinya di tengah lapangan tanpa panggung. Pertunjukkan tanpa panggung ini dilakukan bukan untuk memeriahkan pesta tetapi untuk memperoleh uang. Penonton yang menyaksikan pertunjukkan akan diminta uang sukarela. Pertunjukkan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukkan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung. Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, Lenong yang revitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk. Selanjutnya, Lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1971-an. Beberapa 5

seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen. II.1.1 Tipe dan Sifat Cerita Cerita-cerita yang dipentaskan dalam pertunjukan teater lenong bersifat melodrama yang dijalankan dengan unsur komedi. Sifat komedi pertunjukan ini justru keliahatan menonjol. Inti cerita adalah pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Di akhir cerita, pihak jahat tampak mengalami kekalahan, sedangkan pihak baik sebelum menemukan kebahagiaan terlebih dahulu harus berhasil mengatasi kesengsaraan. Banyak dari pertunjukkan teater lenong yang berakhir tanpa menyelesaikan jalan cerita, karena waktu pertunjukkan banyak disita oleh selingan yang mempertunjukkan dangdut. Dalam melihat pertunjukan teater lenong biasanya akan terkesan berbagai suasana pertunjukan yaitu sebagai berikut: Suasana seru karena adegan silat. Suasana lucu dengan lawakan-lawakan yang mendominir dialog-dialog yang dibawakan oleh hampir semua pemain. Suasana dramatis tetapi terlihat ekstrim. Cerita-cerita teater lenong dapat dibedakan ke dalam dua tipe cerita, yaitu cerita riwayat dan cerita karangan. Cerita riwayat adalah suatu tipe cerita yang biasanya berkisar sekitar kehidupan pahlawan-pahlawan setempat atau kejahatan yang pernah timbul didaerah mereka dan tetap tinggal dalam ingatan. Tipe cerita karangan timbul dari hasil pikiran para seniman teater lenong, terutama sutradaranya. Ide cerita dari tipe ini mereka ambil dengan menyadurnya dari komik, menonton film atau menonton pertunjukkan-pertunjukkan teater lenong yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan lain. Cara membuat cerita karangan semacam itu adalah cara yang di gunakan oleh rata-rata sutradara. Berikut ini adalah contoh dari jenis tipe cerita karangan yaitu: Pendekar Sumur Tujuh 6

Bang Basir Jago Bekasi Ronggeng Karawang Anak Pendekar Sambuk Wasiat Pendekar Kuda Dari Cimande II.1.2 Bentuk pementasan Menurut Ninuk Kleden (1996), Pertunjukkan teater lenong tidak sebagaimana lazimnya suatu pertunjukan teater yang mengemukakan unsur pokok cerita. Karena seperti telah dikatakan sebelumnya, unsur cerita itu sendiri cukup sering dipertunjukan tidak sampai selesai, dengan berbagai alasan. Suatu kali, cerita dianggap terlalu panjang sehingga perlu dibagi kedalam beberapa bagian dan bagian yang dipertunjukkan adalah suatu bagian dari keseluruhan cerita. Lain kali, cerita itu sendiri kelihatan seperti tidak terlalu penting, karena waktu yang ada habis disita oleh acara-acara lain seperti nyanyian-nyanyian orkes atau lawak. Bagaimana cerita itu sendiri disajikan, termasuk pembagian drip-dripnya. II.1.3 Monolog dan Dialog Lenong Monolog dan dialog yang merupakan bagian pertunjukkan dalam teater lenong, tidak didasarkan pada suatu rencana matang yang ditulis dalam skenario. Semua pemain yang tampil dalam suatu pertunjukkan teater lenong, sudah tahu apa yang mereka harus perbuat dan apa yang mereka harus ujarkan berdasarkan pengalamannya. Monolog diucapkan pada permulaan adegan yang bertujuan untuk memperkenalkan tokoh yang akan diperankan berikut situasi lingkungannya. Adapun bentuk dialog, yaitu dialog yang berhubungan dengan cerita yang dipentaskan, dan dialog yang lepas dari cerita itu. Kedua macam bentuk dialog itu diujarkan dengan bebas, tanpa harus mengahafal teks. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, yaitu bahasa Melayu dengan dialek Betawi. Bagi orang awam yang menonton teater lenong, bahasa yang diujarkan dalam pertunjukan terdengar mempunyi kesan kasar. 7

II.1.4 Musik dan Nyanyi Lenong (Ninuk Kleden, 1996, h. 50) Musik yang menjadi ciri teater lenong sehingga teater ini berbeda dengan jenis teater lain disebut gambang kromong, yang terdiri dari dua kata benda yaitu gambang dan kromong. Musik gambang kromong itu sendiri dapat dilihat dari tipenya, gambang kromong (yang juga disebut gambang kromong dulu) dan gambang kromong modern yaitu tipe gambang kromong yang sekarang digunakan untuk mengieingi pertunjukan teater lenong. Gambang kromong (dulu) membawakan apa yang orang Betawi disebut lagu-lagu asli, yang banyak menggunakan lagu-lagu stambul. Gambang kromong modern adalah jenis musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan teater lenong. Lagu-lagunya disebut lagu-lagu kombinasi yang tidak hanya terdiri dari gambang dan kromong saja, tetapi juga disertai orkes melayu dan orkes dangdut. Dari sudut jenis lagunya, gambang kromong mengenal dua jenis lagu, yaitu lagu dalem dan apa yang disebut lagu sayur. Lagu dalem Lagu dalem sekarang hampir tidak dikenal lagi, karena sulit untuk dinyanyikan dan hanya orang-orang tertentu yang berusia di atas lima puluh tahuanan yang bisa melagukannya. Lagu gambang kromong ini di akhiridengan pobin atau instrumentalia. Termasuk gambang kromong lagu dalem misalnya adalah: Nori Kocok Burung Nori Semar Gundem. Lagu sayur Lagu sayur adalah lagu-lagu gambang kromong masa kini yang komposisinya dibuat sedemikian rupa, sehingga banyak orang yang masih senang mendengarkannya. Misalnya lagu sayur adalah: Jin Berpikir Naik Kuda Jakarta Metropolitan. 8

Lagu-lagu sayur dapat digolongkan ke dalam tipe lagu gambang kromong modern. II.1.5 Organisasi Teater Lenong Seperti halnya suatu bentuk organisasi, perkumpulan-perkumpulan teater lenong juga resmi terdaftar pada pemerintah daerah setempat tingkat kecamatan. Perkumpulan teater ini mengaharapkan adanya solidaritas diantara para anggotanya. Arti nama suatu perkumpulan dan misi yang diharapkan dari nama tersebut biasanya tidak diketahui oleh para anggota perkumpulan, kecuali ketua yang juga menjabat pemilik perabot teater lenong dan beberapa pengurus yang menjadi teman dekat pemimpin. II.1.6 Perkembangan Lenong Menurut Ninuk Kleden (1996), ciri Lenong sebagai teater tradisional kini semakin pudar dan selanjutnya semakin kehilangan karakter tradisionalnya. Kecenderungannya semakin bersifat populer (pop culture). Teater Lenong Betawi semakin lama semakin surut tergerus kesenian-kesenian baru. Oleh karena itu agar tetap bertahan, perlu adanya terobosan-terobosan baru misal dengan mempersingkat durasi waktu pertunjukan, tata busana dan tata rias diperbarui, memperluas lokasi pentas misal masuk televisi dan lain-lain. II.1.7 Jenis Lenong Menurut Endo Suanda (2005), Dalam dunia seni pertunjukkan, istilah gaya banyak mengacu pada ciri atau kekhususan suatu wilayah. Misalnya tarian gaya Minang, Jawa, Bali, Maluku, dan sebagainya. Adapun istilah jenis, mengacu pada ciri suatu bentuk atau kelompok kesenian, yang berada dalam suatu gaya. Dalam bahasa inggris istilah itu disebut genre. Keberagaman jenis Lenong sangat menarik untuk di perhatikan. Meskipun yang digambarkan sama, menggambarkan tentang sebuah cerita. Berikut adalah Macam-macam jenis Lenong. 9

Lenong Denes Lenong Denes lenong yang menyajikan cerita-cerita kerajaan dalam pementasannya. Cerita-cerita yang dipentaskan antara lain: Indra Bangsawan, Jula-Juli Bintang Tujuh, Danur Wulan, dan cerita-cerita yang diambil dari Cerita 1001 Malam. Lenong denes dapat disamakan dengan teater bangsawan. Karena memainkan cerita kerajaan, maka busana yang dipakai oleh tokohtokohnya sangat gemerlapan, seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri. Maka kata Denes (dinas) melekat pada cerita dan busana yang dipakai. Maksudnya untuk menyebut orang-orang yang berkedudukan tinggi, orang pangkat-pangkat atau orang-orang yang dinas. Bahasa yang digunakan dalam pementasan Lenong Denes bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata yang sering digunakan antara lain: tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat tuanku, syahdan, hamba. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. Dengan cerita kerajaan dan berbahasa Melayu tinggi, para pemain lenong denes tidak leluasa untuk melakukan humor. Agar pertunjukan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Lenong Denes biasa bermain di atas panggung berukuran 5 x 7 meter. Panggung ini didekor dengan baik. Penggunaan dekor atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misal ada dekor singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya. Musik pengiring lenong denes adalah gambang kromong. 10

Gambar II. 1 Kesenian teater Lenong Denes Sumber: http://www.antaranews.com/berita/406845/kesenian-betawi-janganpunah. 3 Januari 2014.20:18 Lenong preman Salah satu jenis Lenong Betawi, merupakan kebalikan dari Lenong Denes. Lenong Preman membawakan cerita tentang kehidupan drama rumah tangga sehari-hari. Lenong Preman sering disebut juga Lenong jago, karena cerita yang dibawakan umumnya kisah para jagoan, tuan tanah, seperti: Si Pitung, Mirah dari Marunda atau Pandekar Sambuk Wasiat. Cerita tentang kepahlawanan dan kriminal pun menjadi tema utama lakon Lenong ini. Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi dalam pementasannya hingga komunikasi antara pemain dan penonton akrab, dialog dalam lakon ini biasanya bersifat polos dan spontan, sehingga menimbulkan kesan kasar, kurang sopan dan bahkan porno. Karena cerita yang dibawakan masalah sehari-hari, kostum/pakaian yang digunakannya pun pakaian sehari-hari. Lenong Preman banyak menampilkan adegan laga atau aksi. Para permainan lenong pun kebanyakan mahir bermain silat. Aliran silat yang umurnnya dikuasai pemain Lenong Preman adalah aliran silat. Semua pemain dapat berimprovisasi menampilkan humor, maka sepanjang pertunjukan Lenong Preman penuh dengan humor. Dalam pementasannya digunakan panggung setinggi kurang lebih 1 meter dengan menggunakan dekorasi yang bergambar suasana perumahan dan pemandangan kota. Bahasa yang digunakan berdialek 11

Betawi pakaian yang dikenakan disesuaikan dengan jalan cerita. Jagoan biasanya digambarkan dengan memakai pakaian dan celana berpotongan koko dan pangsi, kaos oblong, ikat kepala (setangan). Pada gambar dibawah ini adalah pertunjukan kesenian Lenong Preman yang terlihat juga dalam kostum yang bebas karena pada pertunjukan Lenong Preman tidak harus memakai kostum yang formal. Gambar II. 2 Kesenian teater Lenong Preman Sumber : http://www.antaranews.com/berita/406845/kesenian-betawi-jangan-punah. 3 Januari 2014.20:18 II.2 Keberadaan Teater Lenong Denes dan Lenong Preman 1. Keberadaan Teater Lenong Denes dan Lenong Preman Menurut Yahya Andi Saputra pengamat kebudayaan Betawi (2014) saat ini, ada satu group Lenong Denes yang masih bertahan, yakni group Jali Putra yang berada di Jakarta Timur. Meski demekian, kondisi group ini telah minim pemain. Tak ada lagi regenerasi pemain dalam kesenian ini, bahkan jika dihitung tak lebih dari 5 pemain Lenong Denes pada group Lenong Pimpinan H. Burhan itu. 12

Sedangkan keberadaan lenong Preman berkembang di masyarakat pinggiran. Pinggiran adalah istilah yang digunakan untuk menyebut wilayah permukiman Betawi yang terkena pengaruh Cina Benteng (Perbatasan Jakarta-Tangerang), dan Sunda (Perbatasan Jakarta-Jawa Barat). Lenong Preman Betawi pinggiran tidak bisa diterima masyarakat Betawi Tengah. penolakan disebabkan beberapa hal yaitu: a. Lenong Preman pinggiran relatif sekuler. b. Kehidupan panjaknya (pekerja lenong) yaitu: aktris, aktor dan pemain musik gambang kromong yang melanggar norma. c. Penggunaan Betawi rendahan/orang Betawi tengah memandang sinis bahasa betawi rendahan. d. Adegan dalam lenong Preman cenderung mengekploitasi kekerasan, dan tidak mengajarkan etika. II.2.1 Suasana Panggung Lenong (Ninuk Kleden, 1996, h. 41) Suasana di panggung pertunjukan teater lenong mempunyai warna sendiri. Di siang hari, sebelum pertunjukan di mulai, panggung dapat menjadi arena latihan. Nayaga sering sudah menabuh gamelan dengan tujuan untuk meanrik perhatian penduduk sekitar dan menunjukkan bahwa di tempat itu akan ada pertunjukan teater lenong, selain itu peralatan musik yang ditabuh di siang hari juga berfungsi sebagai media latihan bagi panjak-panjak muda. Selain nabuh secara spontan biasaya teman-teman seniman yang lain menyumbangkan suara dan teman yang lain lagi mulai berjoget. Latihan-latihan spontan ini menambah semaraknya suasana lingkungan pertunjukan. Kemudian, secara perlahan-lahan mereka mulai mahir dan tidak canggung lagi jika nabuh pada malam hari, saat pertunjukan yang sebenarnya mulai dilakukan. II.2.2 Pengguna Teater Lenong Orang Betawi adalah komunitas teater lenong secara umum. Secara khusus komunitas itu adalah pengguna teater lenong dan panjak yang mengadakan 13

pertunjukan. Kalau pada mulanya komunitas pengguna teater lenong adalah orang Betawi itu sendiri saja, dalam perkembangannya kemudian pengguna teater tersebut bukan hanya orang Betawi saja, tetapi orang-orang diluar etnik tersebut. Mengingat kenyataan tersebut, maka uraian tentang pengguna teater lenong ini pun dibagi dua. Pertama, akan dibicarakan tentang orang Betawi yang menjadi pengguna teater lenong dan kedua, baru akan dibicarakan pengguna di luar kelompok etnik Betawi itu. II.2.3 Ciri Lenong Betawi. Menurut Ninuk Kleden dalam bukunya Teater Lenong Betawi (1996), Teater Lenong Betawi sebagai suatu pertunjukan mempunyai beberapa ciri khusus (yang tidak mustahil mengalami perubahan) antara lain: 1. Perlengkapan pokok teater berupa panggung, dekor, sebuah meja dan dua buah kursi 2. Pakaian pemain menggambarkan pakaian yang dipakai sehari-hari oleh komunitas teater tersebut 3. Dialog menggunakan bahasa Melayu-Betawi 4. Pertunjukan diiringi oleh musik gambang kromong 5. Pertunjukan mengandung humor dan bersifat improvisasi 6. Waktu pertunjukan dimulai setelah sembahyang isya dan diakhiri menjelang subuh 7. Pertunjukan diselenggarakan karena suatu pesta hajat tertentu 8. Penonton berdiri menonton sekitar panggung 9. Tidak mengenal skenario secara mendetail 10. Kegiatan teater lenong selalu menyangkut kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan ciri lenong diatas, lenong merupakan kesenian yang mempunyai cirinya tersendiri dan tidak akan ada perubahan dalam setiap pertunjukkannya. 14

II.2.4 Ciri Khas dari Lenong Denes. Dalam pertunjukan kesenian teater lenong Denes ada beberapa ciri khas Liman Bin Irih seorang seniman lenong (2014) berpendapat bahwa: tersendiri yaitu: 1. Lenong Denes biasa bermain diatas panggung berukuran lebih 5x7 meter. Tempat seluas itu dibagi dua, sebagian untuk tempat pemain berhias, ganti pakaian, duduk menunggu saat untuk tampil. 2. Lenong Denes menyajikan cerita-cerita kerajaan dalam pementasannya. 3. Bahasa yang digunakan untuk pertunjukan lenong Denes adalah memakai bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata yang sering digunakan di Lenong Denes: Tuanku Baginda Kakanda Adinda Beliau Daulat tuanku Syahdan Hamba 4. Alat musik ditata panggung, sebelah kanan dan sebelah kiri pentas. 5. Penggunaan dekor adalah untuk menyatakan susunan dalam adeganadegan. 6. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. 7. Agar pertunjukan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa betawi. 8. Kostum yang digunakan oleh pemain lenong Denes adalah: kostum yang gemerlap kostum raja kostum putri raja 15

kostum bangsawan kostum pangeran kostum hulubalang 9. Adegan-adegan perkelahian dalam Lenong Denes tidak menampilkan silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang) II.2.5 Ciri Khas dari Lenong Preman. Sedangkan dalam pertunjukan kesenian teater Lenong Preman ada beberapa ciri khas tersendiri yaitu: 1. Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi rendahan, dengan pengaruh bahasa Tionghoa yang kental. Salah satunya penggunaan kata gua dan lu untuk menyebut saya dan kamu. 2. Lenong Preman masyarakat pinggiran tidak mengenal teks tertulis. Sutradara hanya sekadar menyampaikan sinopsis secara lisan, dan menentukan aktor dan aktris yang akan memainkan tokoh-tokoh dalam cerita. Aktor dan aktris, utama atau pendukung, mengandalkan improvisasi. 3. Dalam pertunjukan Lenong Preman sangat khas sekali dengan adegan perkelahiannya, karena cerita yang dimainkan tentang jawara jagoan kampung dalam sistem kekuasaan masyarakat Betawi versus centeng (tukang kepruk yang bekerja untuk tuan tanah). Cerita-cerita paling populer adalah Si Pitung, Si Jampang, Mat Item, dan lainnya. 4. Kostum yang digunakan oleh pemain lenong Preman adalah: Kostum non formal 5. Dalam teater Lenong Preman penggunaan huruf vokal a di setiap akhir kata. Contohnya: Ngapa Mana Siapa 16

Dalam teater Lenong dikenal juga beberapa ritual atau kepercayaan yang dijalankan baik oleh para pemainnya maupun penyelenggara hajat. Bentuk kepercayaan tersebut meliputi: Suguhan untuk perabot lenong. Ngukup atau sajian doa-doa untuk kesuksesan. Susuk untuk ronggeng. Gambar II. 3 Liman bin Irih seniman lenong Sumber : dokumen pribadi II.3 Kondisi Teater Lenong Denes dan Lenong Preman II.3.1 Kondisi Lenong Denes Menurut Yahya Andi Saputra pengamat kebudayaan Betawi (2013) menjelaskan sebagai kesenian Betawi saat ini kondisi kesenian Lenong Denes cukup memprihatinkan. Berbeda dengan Lenong Preman yang kadang masih dapat ditemui. Kondisi ini berbeda dengan kondisi kesenian Lenong Denes pada era tahun 1960-an sampai tahun 1970-an. Kesenian Lenong Denes masih dapat dijumpai dengan beragam lakon seperti kisah Jula Juli Bintang Tujuh ata Ahmad Muhammad. Tak hanya itu, zaman kolonial Belanda, Lenong Denes Salah satu jenis lenong yang bebas dimainkan di daerah kota. 17

II.3.2 Kondisi Lenong Preman Liman Bin Irih seorang seniman lenong (2014) berpendapat bahwa: Kondisi Lenong Preman saat ini, masih menerima panggilan sampai sepanjang 1970-an. Memasuki era 1980-an, pertunjukan lenong di rumah masyarakat yang berpesta sangat sulit ditemukan. Penyebabnya, memanggil/menanggap Lenong tersebut sangat mahal banyaknya sumber daya yang terlibat dalam pementasan. Sejumlah kelompok lenong mengatasi situasi ini dengan menurunkan harga panggilan, tapi tetap saja kalah bersaing dengan jenis hiburan lain. II.4 Sanggar Sinar Betawi Sinar Betawi adalah sebuah organisasi yang diresmikan pada tanggal 28 Juli 2004 dan telah mempunyai legalitas dan terdaftar di Kebudayaan Walikota Madya Jakarta Timur. Bertujuan untuk melestarikan kebudayaa Indonesia khususnya kebudayaan Betawi, berawal dari perkumpulan sekelompok remaja muda-mudi dari beberapa grup terdahulu dan akhirnya menyatakan diri untuk membuat suatu organisasi. sanggar Sinar Betawi yang bertempat di Jakarta Timur. Sanggar Sinar Betawi ini beranggotakan 25 orang, hampir dari setiap anggotanya adalah dari kalangan remaja, di keanggotaan dari sanggar Sinar Betawi hampir semua berusia rata-rata 20 tahun ke atas. Mulanya sanggar ini di pimpin oleh H. Maman, kemudian sanggar ini di pindah alihkan oleh putra dari H. Maman yaitu Yudhi. Putra dari H. Maman ini sangat serius dengan kesenian tradisonal ini, hingga di tahun 2008 sanggar Sinar Betawi semakin berkembang dan lebih istimewah lagi, personil dari sanggar Sinar Betawi ini adalah rata-rata dari kalangan muda-mudi. Sanggar Sinar Betawi bertempat di daerah pinggiran Jakarta yaitu Jakarta Timur, kediaman sanggar ini berdekatan dengan tempat wisata keluarga yaitu Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Berikut ini jadwal latihan dari sanggar Sinar Betawi. 18

SINAR BETAWI ENTERTAINMENT JADWAL KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN NO URAIAN HARI WAKTU TEMPAT PELATIH 1 Pelatihan Seni Tari Tradisi Betawi 2 Pelatihan Seni Tari Kreasi Betawi 3 Pelatihan Musik Gambang Kromong 4 Pelatihan Musik Kolaborasi Tradisional 5 Pelatihan Theater 6 Pelatihan Seni Komedi 7 Pelatihan Silat Beksi 8 Pelatihan Silat Cingkrik 9 Pelatihan Silat Uncul Minggu 10.00-11.00 Minggu 09.00-12.00 Jum'at 19.30-21.00 Rabu 21.00-22.00 Sabtu 19.00-22.00 Sabtu 19.00-22.00 Jumat 19.00-20.30 Jumat 20.30-21.30 Jumat 21.30-23.00 Kantor Sekretariat RW 01, Keluarahan Setu Jakarta Timur Kantor Sekretariat RW 01, Keluarahan Setu Jakarta Timur Komplek TMII Komplek TMII Jalan Raya H. Cedang Kelurahan Bambu Apus Jalan Raya H. Cedang Kelurahan Bambu Apus Jalan Puskesmas Keluarahan Setu Jalan Puskesmas Keluarahan Setu Jalan Puskesmas Keluarahan Setu Inna Risna Inna Risna Hasbuloh Hasbuloh Nacink Iwan & Dhani Wandi Wandi & Bori Wandi & Bori Tabel II. 1 Jadwal Latihan Sanggar Sinar Betawi Sumber: Dokumen pribadi II.5 Film II.5 Definisi Film Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak.oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Seperti hal nya dalam buku Mari Membuat Film, Heru Effendy (2009) menjelaskan film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai 19

macam tujuan (h.4). Bila dilihat dari pemahaman film maka film digunakan sebagai media yang membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Lewat film, informasi dapat bdengan lebih mendalam karena film adalah media. II.5.1 Jenis-Jenis Film 1. Film Dokumenter (Documentary Film) Film dokumenter menyajikan sebuah realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. (Effendy, 2002, h.12). Sedangkan di Perancis istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. 2. Film Cerita Pendek (Short Film) Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Selain itu, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, dan biasanya hasil produksi ini dipasok ke rumah produksi atau saluran televisi. 3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film) Film dengan durasi lebih dari 60 menit biasanya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Harry Potter, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit. 4. Film Profil Perusahaan ( Corporate Profile) Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan "Bosan Jadi Pegawai" di Trans TV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi. 20

5. Film Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan dengan adanya stimulus audio-visual yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. II.5.2 Fungsi Film Dokumenter Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibanding isinya. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Film sebagai media komunikasi massa merupakan sebuah perpaduan antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak, pemanfaatan teknologi, seni serta suara. Selain itu film juga dapat menjadi jembatan bagi sutradara dalam menyalurkan ide serta gagasannya kepada penonton.film apapun itu, dibaliknya diyakini ada pesan dan tujuan tersendiri bagi penontonnya. II.5.3 Unsur-unsur film dokumenter Pada dasarnya dokumenter itu sendiri di luar kategori lain karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih spesifik. Perkembangan dokumenter dan genre-nya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya yakni undur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter. 21

II.6 Target Audiens Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media informasi film dokumenter ini meliputi beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Demografis Dilihat dari segi demografis, sasaran dari perancangan film dokumenter Sanggar Seni Harapan Jaya grup adalah: Usia : 18-24 Jeniskelamin : Laki-laki & Perempuan Kelas sosial : Semua sosial Agama : Semua Agama Alasan memilih target audien usia 18-24 tahun adalah karena pada usia ini lebih tertarik pada hal-hal terbaru, oleh karena itu diharapkan mereka dapat mempelajari sejarah dan budaya yang belum mereka ketahui. Sedangkan untuk kelas sosial memilih kesemua sosial adalah karena semua kalangan baik menengah ke atas dan bawah diharuskan 2. Geografis Dari segi geografis target audien yang disasar dalam film dokumenter ini meliputi kota Jabodetabek dan sekitarnya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk orang diluar kota Jabodetabek yang mengetahui kesenian Sanggar Lenong Sinar Betawi. 3. Psikografi Psikografi adalah proses pengelompokkan orang dalam arti sikap, nilai-nilai yang di anut, dan gaya hidup. Psikografisnya adalah orang-orang atau masyarakat yang mempunyai rasa ingin tahu tentang seni budaya Lenong Betawi, dan para wisatawan yang ingin mempelajari seni budaya Lenong Betawi. 22

II.7 Solusi Berdasarkan hasil pembahasan dan pengkajian terkait keberadaan Lenong Denes dan Lenong Preman yang saat ini mengalami kemunduran publisitas maka perlunya dibuat suatu kesadaraan dalam upaya menyampaikan pesan melalui Audio Visual sebagai sarana promosi pertunjukan Lenong Denes dan Lenong Preman pada masyarakat secara luas sehingga usaha untuk menjaga kelestarian kebudayaan seni pertunjukan Lenong Denes dan Lenong Preman dapat dimaksimalkan. 23