Apa maksud dari muakad dan ghairu muakad

(© alray.ps.com) (© alray.ps.com)

Ketika mengerjakan shalat fardhu tentu ada kekurangan di dalamnya, ibarat ban bocor maka harus ada penambalnya. Jika shalat fardhu itu kurang, penambalnya adalah shalat rawatib. Shalat rawatib adalah shalat sunah yang tidak dianjurkan berjamaah.

Adapun shalat rawatib dalam sehari berjumlah 20 rakaat sebagaimana disebutkan oleh Syekh Zainuddin Al-Malibary (987 H) dalam kitab Fathul Muin:

يسن للأخبار الصحيحة الثابتة في السنن أربع ركعات قبل عصر وأربع قبل ظهر وأربع بعده وركعتان بعد مغرب وندب وصلهما بالفرض ولا يفوت فضيلة الوصل بإتيانه قبلهما الذكر المأثور بعد المكتوبة وبعد عشاء ركعتان خفيفتان وقبلهما إن لم يشتغل بهما عن إجابة المؤذن فإن كان بين الأذان والإقامة ما يسعهما فعلهما وإلا أخرهما وركعتان قبل صبح


Artinya, “Disunnahkan shalat sunah 4 rakaat sebelum shalat ashar, 4 rakaat sebelum dzuhur dan setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib dan disunahkan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib dengan shalat fardhu, dan tidak hilang keutamaan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib sebab melakukan zikir ma’tsur setelah shalat fardhu, kemudian setelah isya 2 rakaat yang ringan, begitu juga 2 rakaat sebelum shalat isya jika tidak sibuk menjawab azan. Apabila di antara azan dan iqamat ada waktu luang untuk mengerjakan 2 rakaat sebelum isya, maka dapat dikerjakan. Jika tidak, maka diakhirkan (setelah shalat isya), dan dua rakaat setelah subuh. (Lihat Syekh Zainuddin Al-Malibary, Fathul Muin Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid Din [Dar Ibni Hazm] halaman 158-159).Adapun di antara shalat itu yang lebih muakkad ada sepuluh sebagaimana disebutkan Syekh Zainuddin Al-Malibary:

والمؤكد من الرواتب عشر وهو ركعتان قبل صبح وظهر وبعده وبعد مغرب وعشاء


Artinya, “Shalat-shalat rawatib yang muakkad ada 10 rakaat: 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah isya,” (Lihat Syekh Zainuddin Al-Malibary, Fathul Muin Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid Din [Dar Ibni Hazm] halaman 159).Amalan sunah muakkad sebagaimana yang diterangkan dalam ilmu ushul fiqih adalah:

وهو الذي يكون فعله مكملا ومتمما للواجبات الدينية كالأذان والإقامة والصلاة المفروضة في جماعة

Artinya, “Yaitu adalah Sunnah yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan kewajiban agama seperti azan, iqamat, dan shalat fardhu berjamaah.”

ويدخل في هذا القسم أيضا، وما واظب النبي على فعله، ولم يتركه إلا مرّة او مرّتين للدلالة على أنه غير لازم وذلك مثل: المضمضة و الإستنشاق في الوضوء وصلاة ركعتين قبل صلاة الفجر، ويسمّى هذا القسم بالسنة المؤكّدة أو سنة الهدى

Artinya, “Masuk juga dalam sunah muakkad, perkara yang dilestarikan oleh Nabi dan tidak ditinggalkan kecuali sekali dua kali untuk menunjukan bahwa amalan itu tidak wajib. Contohnya seperti kumur-kumur ketika berwudhu, menghirup air ketika wudhu, dan shalat dua rakaat sebelum subuh. Sunah ini dinamakan sunah muakkadah atau sunatul huda.”

ومندوب غير مؤكد هو الذي لم يواظب عليه النبي وإنما فعله في بعض الأحيان وتركه في بعض الآخر، وذلك مثل: صلاة لأربع ركعات فبل العشاء، وصوم يوم الإثنين والخميس من كلّ أسبوع وغير ذلك


Artinya, “Sunah yang tidak muakkad adalah amalan yang nabi tidak selalu nabi laksanakan tiap saat, namun kadang-kadang melaksanakannya, kadang-kadang juga meninggalkannya. Contohnya shalat qabliyyah isya empat rakaat, puasa senin Kamis di setiap minggunya dan lain-lain,” (Lihat Tsuroya Mahmud Abdul Fattah [Muhadharat fi Ushulil Fiqih], halaman 82-83).Nabi SAW selalu menjaga sepuluh rakaat salah sunah rawatib yang telah disebutkan di atas. Ada beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari di bab 2 rakaat sebelum dzuhur:

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: حفظت من النبي صلى الله عليه و سلم عشر ركعات ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب في بيته وركعتين بعد العشاء في بيته وركعتين قبل صلاة الصبح

Artinya, “Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, ‘Aku menghapal dari Nabi SAW 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah isya di rumahnya, dan dua rakaat sebelum shubuh.”

Tidak ada kebaikan yang tidak berat untuk dilaksanakan, begitu juga dengan shalat sunah rawatib. Semoga kita dapat menjaga penyempurna shalat wajib ini, sekaligus menjalankannya secara istiqamah dengan izin-Nya. Wallahu a’lam. (Amien Nurhakim)

Berita Terkini Haji 2022

tirto.id - Shalat sunnah rawatib, yaitu shalat yang mengiringin shalat fardhu, berdasarkan hukumnya, dapat dibedakan menjadi shalat sunnah rawatib muakkad dan shalat rawatib ghairu muakkad. Apa saja shalat rawatib qobliyah dan bakdiyah yang termasuk kedua golongan tersebut, dan berapa jumlah rakaatnya?

Menunaikan shalat lima waktu hukumnya wajib bagi umat Islam. Dalam sehari semalam, seorang muslim mesti mengerjakan shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya sejumlah total 17 rakaat. Allah berfirman dalam Surah an-Nisa:103, "Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman".

Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat. Diriwayatkan, Nabi Muhammad saw. bersabda, Allah akan berfirman kepada malaikat, "Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau kurang? Jika sempurna, maka catatlah baginya dengan sempurna".

Jika terdapat kekurangan, Allah meminta malaikat memeriksa apakah sang hamba memiliki amalan shalat sunnah. Jika ada, maka Allah bersabda, "Cukupkanlah kekurangan dalam shalat wajib hamba-Ku itu dengan (menambahkan dari) shalat sunnahnya" (H.R. Abu Dawud).

Dalam Kitab Fathul Mu'in karya Syaikh Zainuddin bin ‘Abdul-‘Aziz al-Malibari, dijelaskan bahwa shalat sunnah rawatib terdiri dari 20 rakaat.

"Disunnahkan berdasarkan hadits saḥīḥ dalam kitab-kitab sunnah untuk melakukan 4 rakaat sebelum ashar, 4 rakaat sebelum zuhur, 4 rakaat setelahnya (zuhur), dan 2 rakaat setelah maghrib."

"Disunnahkan menyambung 2 rakaat (setelah maghrib) itu dengan shalat fardhu, tapi tidaklah hilang keutamaan menyambungnya sebelum mengerjakan 2 rakaat itu dengan melaksanakan zikir yang diajarkan Nabi setelah shalat fardhu.

(Sunnah pula 2 rakaat ringan setelah Isya, dan 2 rakaat sebelum isya', jika tidak disibukkan dengan menjawab adzān. Jika waktu di antara azān dan iqamah masih longgar, maka kerjakan 2 rakaat sebelum Isya. Jika tidak longgar, akhirkan 2 rakaat itu, dan 2 rakaat sebelum subuḥ)."

Rincian detailnya adalah sebagai berikut:

Shalat subuh: 2 rakaat sebelum subuh

Shalat zuhur: 4 rakaat sebelum zuhur dan setelah zuhur

Shalat ashar: 4 rakaat sebelum ashar

Shalat maghrib: 2 rakaat setelah maghrib

Shalat isya: 2 atau 4 rakaat setelah isya'

Shalat Sunnah Rawatib Muakkad

Dalam pengerjaannya, terdapat shalat sunnah rawatib yang muakkad dan yang ghairu muakkad. Yang dimaksud muakkad adalah yang penekanannya sangat kuat, atau sangat dianjurkan.

Dalam Fathul Mu'in karya Syaikh Zainuddin bin ‘Abdul-‘Aziz al-Malibari, shalat sunnah rawatib yang muakkad dalam sehari semalam, berjumlah 10 rakaat. Rinciannya adalah sebagai berikut.

Shalat subuh: 2 rakaat sebelum subuh

Shalat zuhur: 2 rakaat sebelum zuhur dan 2 rakaat setelah zuhur

Shalat maghrib: 2 rakaat setelah maghrib

Shalat isya: 2 rakaat setelah isya'

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia "menghafal dari Nabi saw. 10 rakaat (sunnah rawatib), yaitu 2 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat sesudah zuhur, 2 rakaat sesudah maghrib di rumahnya, 2 rakaat sesudah ‘isya di rumahnya, dan 2 rakaat sebelum subuh." (H.R. Bukhari).

Sementara itu, dalam riwayat dari jalur Anbasah bin Abu Sufyan, dari Ummu Habibah ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa dalam sehari semalam shalat sunnah 12 rakaat maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga; 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat setelahnya (setelah zuhur), 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah isya, dan 2 rakaat sebelum subuh" (H.R. Tirmidzi).

Terkait shalat sunnah sebelum subuh, diriwayatkan dari 'Ubaid bin 'Umair bahwa Aisyah ra. menyampaikan "Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak pernah memiliki perhatian yang lebih terhadap shalat sunnah melebihi perhatian beliau terhadap 2 rakaat sebelum subuh." (H.R. Abu Dawud).

Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad

Yang termasuk ke dalam shalat sunnah rawatib ghairu muakkad adalah 2 rakaat sebelum zuhur (qobliyah zuhur), 2 rakaat setelah zuhur (bakdiyah zuhur), 2 atau 4 rakaat sebelum ashar (qobliyah ashar), 2 rakaat sebelum magrib (qobliyah maghrib), dan 2 rakaat sebelum isya (qobliyah isya).

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan menarik lainnya Fitra Firdaus
(tirto.id - fds/fds)


Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA