Apa fungsi pengait pada cacing

(Oleh: drh. Mutia Rachim)

Taeniasis merupakan penyakit akibat infeksi parasit (cacing) yang dapat ditemukan diseluruh dunia. Taeniasis adalah suatu penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) yang disebabkan oleh cacing Teania. Taeniasis umumnya ditemukan pada masyarakat dengan sanitasi yang tidak baik. Salah satu penyebab Taeniasis yang umum ditemukan adalah Taenia Solium. Taenia Solium merupakan cacing pita pada babi. Di Indonesia, kasus taeniasis banyak ditemukan di Provinsi Irian Jaya dimana konsumsi terhadap daging babi sangat tinggi. Kista Taenia Solium ini bersifat neurocysticercosis yang teridentifikasi sebagai penyebab 30-50% kasus epilepsi di negara berkembang (Alfonso et al 2011).

Manusia merupakan hospes perantara atau hospes definitive, sesangkan babi merupakan hospes perantara. Menurut CFSPH 2005, konsumsi daging babi mentah atau setengah matang merupakan faktor resiko terbesar penyebab Taeniasis pada manusia.

Siklus Hidup

Telur Taenia Solium masuk kedalam tubuh babi melalui pakan yang tercemar oleh telur atau proglotid fravid Taenia Solium. Di dalam saluran pencernaan babi, telur tersebut kemudian menetas menjadi oncosphere. Oncosphere pecah yang kemudian menginvasi mukosa usus dan bermigrasi ke otot menjadi sistiserkus. Sistiserkus tersebut dapat bertahan bertahun-tahun di dalam otot. Manusia akan terinfeksi apabila :

  1. Telur masuk kedalam tubuh babi/sapi melalui pakan yang tercemar oleh telur atau proglotid gravid Taenia.
  2. Dalam saluran pencernaan babi/sapi, telur menetas menjadi oncosphere yang kemudian pecah
  3. Oncosphere yang pecah kemudian menginvasi mukosa usus dan bermigrasi ke otot menjadi sistiserkus. Sistiserkus dapat bertahan hingga beberapa tahun. Manusia akan terinfeksi apabila mengkonsumsi daging mentah atau tidak matang yang mengandung sistiserkus
  4. Di dalam saluran pencernaan manusia, selama ± 2 bulan sistiserkus tersebut akan berubah menjadi cacing dewasa yang mampu bertahan hingga beberapa tahun. Cacing dewasa akan melekat di mukosa usus dengan scolex (pengait yang terdapat di bagian mulut)
  5. Cacing dewasa akan menghasilkan proglotid yang akan berkembang menjadi gravid/telur yang akan keluar melalui anus (bersama feses). Telur tersebut akan bertahan di lingkungan selama beberapa minggu (CDC 2013).

Cara Penularan

Infeksi Taenia ke manusia dapat melalui makanan yaitu mengonsumsi daging babi atau sapi yang terinfeksi Taenia yang tidak dimasak sempurna atau mentah (CDC 2013). Infeksi sistiserkosis akan menyebabkan gejala klinis pada saluran pencernaan, namun apabila mengkonsumsi sayuran atau makanan yang tercemar telur Taenia maka cacing tersebu akan tumbuh dan berkembang menjadi sistiserkosis yang terdapat di otot. (EC 2000)

Babi dapat terinfeksi akibat mengkonsumsi pakan yang tercemar telur cacing atau memakan feses babi yang terinfeksi (OIE 2014).

Gejala Klinis

Gejala klinis pada babi yang terinfeksi umumnya tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Sistiserkus terdapat di otot, otak, hati dan jantung (CFSPH 2005)

Gejala klinis pada manusia umumnya bersifat asimptomatis, namun pada sebagian kasus pasien akan mengalami rasa sakit pada perut, diare, pada balita sebagian pasien mengalami muntah, diare, demam dan penurunan berat badan (CFSPH 2005). Gejala klinis dipengaruhi oleh jumlah dan lokasi larva. 

Diagnosa

Unutk mendiagnosa Taeniasis pada manusia dapat berdasarkan gejala klinis yang disertai dengan pemeriksaan telur, proglotid dan cacing dewasa pada feses. Sedangkan pada babi dapat dilakukan pemeriksaan feses, dan inspeksi daging atau nekropsi (OIE). Metacestoda dari Taenia Solium dapat di palpasi pada lidah babi baik dalam keadaan hidup maupun post mortem namun dengan tingkat infeksi cacing yang tinggi. pada karkas babi, sistiserkus umumnya ditemukan pada lidah dan otot (OIE). Selain itu, diagnosa Taeniasis menggunakan ELISA juga dapat mendeteksi cacing tersebut.

Pencegahan

Pencegahan Taeniasis pada manusia dapat dilakukan dengan memasak daging babi hingga matang, selain itu daging dapat dibekukan terlebih dahulu untuk mengurangi resiko penularan (Estuningsih 2009). Pada umumnya kejadian Taeniasis sering terjadi pada kondisi dengan sanitasi yang tidak baik, sehinga untuk mencegah Taeniasis juga dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan.

Pengobatan

Pengobatan pada hewan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing praziquantel, epsiprantel, mebendazole, febendazole. Apabila terdapat sistiserkosis di dalam otot dalam dilakukan dengan teknik pembedahan. Sedangkan pengobatan untuk manusia dapat dilakukan dengan pemberian obat praziquantel, niclosamide, buclosamide, mebendazole. (Estuningsih 2009). Pada anak kecil yang terkena juga dapat diberikan obat cacing tersebut

Sumber :

Alfonso SMS, Vaz Y, Neves L, Pondja A, Dias G, Vilhena M, Duarte PC, Jost CC, Noormahomed. 2011. Human and Porcine Taenia Solium infections in mozambique: identifying research priorities. Animal health research reviews 12 (1):123-129

[CDC] Center for Disease and Prevention. 2013. Taeniasis. [www.cdc.gov/parasite/taeniasis] (1 Juni 2015)

[CFSPH] Center for food security and Public Health. 2005. Taenia Infections. Iowa State University, College of Veterinary Medicine

European Commite. 2000. The control of taeniosis/cycticercosis in man and animals. [www.ec.europa.eu]

Estuningsih SE. 2009. Taenisasi dan Sistiserkosis merupakan penyakit zoonosis parasiter. Wartazoa 19 (2).

OIE (Organization ). 2014. Cysticercosis. OIE Terrestrial Manual Chapter 2.9.5

Sumber photo: Willingham AL. 2008. Combating Taenia solium Cysticercosis in Southeast Asia: An Opportunity for Improving Human Health and Livestock Production. Departement of Veterinary Pathology, University of Copenhagen

Op. Bid Peternakan

Jelaskan fungsi suckers dan restelum pada cacing pita!

Sucker berfungsi sebagai alat penghisap sedangkan rostelum berfungsi sebagai alat pengait. Cacing pita merupakan kelompok cacing yang tergolong sebagai anggota Filum Platyhelminthes pada kelas Cestoda. Cacing pita memiliki tubuh pipih beruas-ruas dan memiliki sebuah kepala dimana ujung dari anteriornya akan berubah menjadi alat pelekat yang disebut skoleks. Pada bagian skoleks tersebut terdapat sucker yang berperan sebagai alat penghisap. Selain sucker, bagian skoleks pada cacing pita juga dilengkapi dengan rostelum yang berfungsi sebagai alat pengait sehingga cacing dapat melekat pada dinding usus inangnya. Dengan demikian, sucker berfungsi sebagai alat penghisap sedangkan rostelum berfungsi sebagai alat pengait.


Ciri Cestoda

  • Cestoda adalah salah satu contoh kelas dari Phyllum Platyhelminthes 
  • Cestida ini adalah Vermes atau Cacing yang lapisan embryonalnya Sudah bertipe Triploblastik namun masih Triploblastik Acoelomata (triploblastik yang tidak berongga artinya kelika pembentukan embryonya Zygot sudah membelah membelah membentuk sekumpulan sel yang mempunyai tiga lapisan yaitu ektoderm , Mesodrm dan endoderm namun di bagian dalam endoderm biasanyaterbentuk rongga pada Cestoda ini tidak berongga maka bentuk cacing ini pipih OK  
  • Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita (lihat gambar). 
  • Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invetebrata pada dagingnya dalam bentuk Cysticercus yang bisa berpindah ke manusia 
  • Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula ( zat lilin) sehingga tidak terhidrolis oleh enzim pencernaan 
  • Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang bentuknya pipih panjang seperti pita.
  • CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi : Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin khususnya pada cacing pita babi . 
  • Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi. 
  • Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3 m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). 
  • Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan berupa testes dan ovarium . Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
  • Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
  • Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi
  • Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum)
  • Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
  • Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
  • Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
  • Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri)


  • Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
  • Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh cacing.
  • Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
  • Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
-->Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
  • Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
  • Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan tubuhnya secara osmosis
  • Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh permukaan proglotid
  • Jadi sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan system pencernaan , skolex hanya untuk menempelkan dirinya ke usus
  • Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna, belum matang
  • Daging hewan hospes ( inang perantara ) yang mengandung Cysticercus
  • Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya dan Babi yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
  • di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga membentuk Cysticercus
  • Jadi di sapi dan babi tidak dijumpai dala bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh manusia) hanya bentuk larva
  • di Ternak berurutan cyclusnya : Telur - Oncosfer - Hexacant - Cysticercus ( T-O-H-C),
  • T-O-H-ada di Ususnya dan C(cysticercus) meninggalkan usus ke otot( daging )
  • Agar kita tidak kena Taeniasis ini dimasak yang matang dagingnya, dan manusia yang kena Taeniasis janganbuang air besar ke lingkungan , karena Faecesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan yang mungkin di rumput 
  • Siklus hidup cestoda, Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Þ Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa. 
  • Taenia saginata Cacing pita manusia. Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidup Taenia saginata sama dengan Taenia solium. 
  • Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops. Echinococcus granulosus Cacing pita pada anjing
  • Himenolepis nana :Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.
  • pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh
  • -->Contoh cacing golongan Cestoda ini adalah
    1. Taenia saginata (dalam usus manusia) di bawa oleh sapi
    2. Taenia solium (dalam usus manusia) dibawa oleh babi
    3. Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)
    4. Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
    5. Diphyllobothrium latum (menyerang manusia melalui inang katak , ikan, Cyclops Udang udangan)
    6. Hymnelopsis nana ( di usus manusia , tikus tanpa inang perantara)

    -->

    Taenia solium

    • Taenia solium dewasa hidup parasit pada saluran pencernaan manusia (usus).
    • Inang perantaranya (hospes intermediet) adalah babi.
    • Tubuhnya berbentuk pipih, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 3m.
    • struktur tubuh cacing ini terdiri atas kepala (skoles) dan rangkaian segmen yang masing-masing disebut proglotid.
    • Pada bagian kepala terdapat 4 alat isap (Rostrum) dan alat kait (Rostellum) yang dapat melukai dinding usus.
    • Disebelah belakang skoleks terdapat leher/daerah perpanjangan (strobilus).

    Taenia saginata

    • Taenia saginata dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia.
    • Cacing ini masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara sapi (sebagai hospes intermediet).
    • Skoleks taenia saginata terdapatrostrum tetapi tidak mempunyai Rostelum (kait).
    • Jenis cacing ini kurang berbahaya bagi manusia dibandingkan taenia solium.


    Gejala atau tanda terinfeksi cacing pita antara lain :

    • perut terasa mulas dan mual,
    • kadang perih dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan hilang sesudah makan
    • Selain itu muka pucat
    • sering pusing
    • kurang nafsu makan
    • feses berlendir



    PERBANDINGAN MORFOLOGI CACING PITA

    Diphyllobothrium latum

    • Merupakan jenis cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia, anjing, kucing dan serigala.
    • Sebagai inang perantaranya adalah katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.
    • Menyebabkan Diphyllobothriasis.
    • Daerah penyebarannya meliputi wilayah eropa, afrika, amerika utara dan jepang.

    Echinococcus granulosus

    • Jenis cacing pita berukuran kecil (berkisar antara 3-6mm) dan hidup sebagai parasit pada usus anjing liar / serigala dan karnivora lainnya.
    • Inang perantaranya adalah babi, biri-biri dan manusia.
    • Daerah penyebaran utama Australia, argentina dan pulau es.
    • Terlihat bahwa oncosfer yang berkembang menjadi Cysticercus di Biri biri (herbivora) dimakan sama hewan carnivora sehingga di tubuh Carnivora ( anjing / serigala ) menjadi cacing pita dewasa. cacing pita dewasa yang berada di tubuh carnivora akan melepaskan proglotidnya yang mengandung telur yang mature ke lapangan/ rumput untuk dimakan kembali hewan herbivora. OK

    Hymnelopsis nana

    • Jenis cacing pita kerdil yang hidup sebagai parasit pada manusia dan tikus.
    • Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia
    • Tanpa inang perantara


    Jadi

    • Manusia yang Ususnya terdapat cacing pita dewasa , di usus halusnya itu dipastikan Cacing pita tersebut pada Proglotid segmen terakhir yang masak “mature” banyak mengandung telur yang sudah dibuahi membentuk Zygot.
    • Dimana telur yang ada di Proglotid itu dilepaskan (Fragmentasi) sehingga mengikuti sisa makanan ke usus besar dan ke anus .
    • Telur yang berada bersama kotoran itu bisa bertahan selama berhari-hari atau berbulan bulan di lingkungannya .
    • Vegetasi yang ada di lingkungan misalnya rumput yang terkontaminasi oleh kotoran yang berisi proglotid berisi telur itu bila termakan oleh ternak ( Babi , Sapi) maka masukklah telur tersebut ke pencernaaan nya
    • Dalam usus ternak telur tergesek sehinngga menetas membentuk larva yang disebut Oncospheres
    • Oncosfer segera tumbuh membentuk larva Hexacant ( larva dengan 6 kait yang tajam)
    • Hexacant menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik ( daging)
    • Di jaringan Otot ( daging) itulah larva bertahan membentuk cacing gelembung yang disebut Cysticercus
    • Sebuah cysticercus dapat bertahan hidup selama beberapa tahun di daging Ternak.
    • Manusia terinfeksi karena menelan mentah atau setengah matang daging yang terinfeksi / di dalamnya ada Cysticercusnya .
    • Dalam usus manusia Cysticercus berkembang lebih dari 2 bulan menjadi cacing pita dewasa , yang dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun.
    • Cacing pita dewasa melekat pada usus halus dengan Scolexnya { kepala) dan scolex mereka berada menancap di dinding usus halus
    • Panjang cacing dewasa Taenia saginata bisa mencapai sampai 25 m, sedang T. solium lebih pendek
    • Proglottids atau bagian segment nya dari cacing pita bagian posterior yang paling belakang ( paling dewasa) menghasilkan telur yang matang,



    • Proglotid itu kemudian dilepaskan dari cacing pita, dan bermigrasi ke usus besar , bersama kotoran segera le anus (sekitar 6 per hari) begitu seterusnya


    Page 2

    Video yang berhubungan

    Postingan terbaru

    LIHAT SEMUA