Parapuan.co - Egois merujuk pada sifat seseorang yang memiliki keyakinan bahwa kepentingan pribadi adalah motif dari semua tindakan.
Selain mendahulukan diri sendiri berlebihan, orang egois merasa lebih baik dan penting daripada orang lain.
Keegoisan ini dicerminkan pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pikiran hingga tindakan dalam berinteraksi.
Orang egois memiliki tingkat 'Aku' yang lebih tinggi, serta mendahulukan diri sendiri bahkan jika itu merugikan orang lain.
Baca Juga: Berikut Ini 4 Cara Agar Tidak Menjadi Pribadi yang Egois, Apa Saja?
Melansir Well & Good, berikut tanda-tanda seseorang memiliki sifat egois. Simak, ya!
1. Cenderung menjadikan referensi diri
Sering kali dalam sebuah percakapan, orang egois kerap mengatakan 'Aku' dan mengalihkan fokus obrolan kembali ke diri mereka sendiri.
Orang egois suka menjadi referensi diri, serta dibicarakan sebagai contoh orang-orang yang berbicara dengannya.
Mereka kerap bercerita tentang cerita pribadi, meskipun cerita tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan dalam percakapan.
Hampir semua orang setuju bahwa egois adalah sifat yang menyebalkan, tidak heran jika banyak orang yang menjauhi pribadi dengan karakter seperti ini. Namun, bagi Anda yang ingin mengurangi kadar egoisme dalam diri sendiri, ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, egois adalah sebutan untuk orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Ia menganut paham egoisme, yakni pandangan yang melihat bahwa satu-satunya tujuan hidup adalah mewujudkan ambisi pribadinya.
Orang egois adalah mereka yang hanya bahagia ketika tujuannya tercapai. Baginya, tujuan bermasyarakat tidak penting, bahkan cenderung untuk diabaikan atau dilanggar jika bertentangan dengan kepentingan dirinya sendiri.
Tanda-tanda orang egois
Bukan hal aneh jika Anda tidak menyadari bahwa diri Anda egois sampai ada seseorang yang mengatakannya di depan muka Anda. Sebaliknya, Anda juga bisa mengenali seseorang itu egois atau tidak berdasarkan beberapa ciri yang khas. Tanda-tanda egois meliputi:
Tidak menerima kritik
Kritik yang membangun dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi dan hasil kerja kita, tapi tidak demikian pola pikir yang ada dalam kepala orang egois. Bagi mereka, semua kritik adalah langkah untuk menjatuhkan sehingga harus ditangkis dengan segala cara.
Senang mengkritik orang lain
Orang egois tidak mau dikritik, tapi senang mengkritik orang lain di belakang punggung. Sayangnya, orang egois ini hanya melihat dari sudut pandangnya dan tidak berempati pada keadaan orang lain.
Contoh konkretnya ketika tetangga yang hidup di bawah garis kemiskinan, maka sikap pertama orang egois adalah menyalahkan orang itu karena malas bekerja. Padahal, bisa saja si miskin tadi sudah berusaha lebih keras dari orang egois, tapi hasilnya tidak seperti yang ia harapkan.
Mengabaikan orang yang tidak sependapat
Egois adalah mereka yang menganggap orang lain yang lebih pintar atau lebih matang adalah musuh, apalagi jika orang itu tidak sependapat dengan si egois. Apakah Anda merasa sering merasakannya?
Mereka merasa berhak mendapatkan segalanya
Orang egois merasa dirinya bisa sukses, tapi tidak berjuang lebih keras dari orang lain. Kendati demikian, si egois ini hanya menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan orang lain, atas kesusahan yang dideritanya.
Melebih-lebihkan pencapaian
Anda pernah bertemu dengan orang yang suka membanggakan pencapaiannya yang tidak seberapa? Itu adalah salah satu tanda orang egois mengingat mereka memang tidak memiliki sikap rendah hati.
Ketika bekerja secara kelompok, si egois adalah orang pertama yang akan mengklaim kesuksesan, tapi juga orang pertama yang akan ‘cuci tangan’ ketika proyek buntu. Oleh karena itu, mengerjakan tugas bersama orang egois tidak disarankan, apalagi jika tugas itu berat dan menantang.
Takut mengambil risiko
Karakter lain dari orang egois adalah tidak berani mengambil risiko. Pasalnya, mereka memang takut gagal.
Tidak mau menunjukkan kelemahan
Bagi orang-orang yang egois, mendahulukan kepentingan orang lain adalah bentuk kelemahan atau ketidakamanan dalam diri sendiri. Orang egois mengabaikan anggapan yang menyatakan semua manusia pasti memiliki kekurangan yang seharusnya dapat dilengkapi oleh bantuan dari orang lain.
Baca Juga
- Duchenne Smile, Senyum Tulus yang Menyenangkan dan Menular
- Kenali Cara Menerima Penyesalan Agar Tidak Terperangkap Masa Lalu
- Tanda dan Penyebab Perempuan Mengidap Cinderella Complex
Tips meminimalisir egoisme dalam diri
Egois tidak selalu buruk, misalnya ketika Anda mempertahankan nilai-nilai yang dianut oleh agama di tengah lingkungan yang berbeda 180 derajat. Meski demikian, sikap egois yang berlebihan akan membawa dampak negatif sehingga tidak ada salahnya menurunkan kadar keegoisan di dalam diri Anda sendiri.
Beriktu tips yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisir egoisme:
Jangan emosi
Jangan membuat keputusan saat Anda tengah emosi atau tengah berada dalam tekanan. Menjalankan keseharian dengan pola hidup yang lebih pelan dapat menyegarkan pikiran sehingga Anda lebih bijak.
Bersosialisasi
Hidup ini bukan hanya tentang Anda, namun ada juga tujuan sosial yang merupakan konsensus bersama. Ulurkan tangan untuk membantu orang lain, dan sebaliknya biarkan orang lain membantu Anda jika Anda membutuhkannya.
Ambil risiko
Jangan merasa puas dengan pencapaian yang Anda dapatkan saat ini. Mulailah ambil risiko dan tantang diri Anda sendiri untuk melakukan hal-hal baru agar pola pikir juga lebih terbuka.
Kadang kala, menjadi egois adalah pilihan yang tepat, terutama bagi orang-orang altruis alias berjiwa sosial dan membutuhkan ‘me-time’ untuk menyeimbangkan kesehatan mental. Yang paling penting adalah mengetahui kapan Anda harus egois dan kapan harus mengutamakan kepentingan bersama.